Untitled-4“Mereka ini membutuhkan pertolongan ahli kesehatan jiwa. Gejala-gejala gangguan stres pasca trauma antara lain re-experiencing (seperti mengalami kembali), avoidance (penghindaran) dan hyper-arousal (keterjagaan)”

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Adalah luka yang terjadi pada lapisan batin yang terdalam aki­bat suatu tekanan yang terjadi se­cara luar biasa berat atau terjadi secara terus menerus. Batin yang terluka akan menimbulkan kesedihan yang mendalam, perasaan tidak menentu, kema­rahan, emosi tidak terkendali, kejengkelan, hidup tidak terarah, sesekali timbul keingi­nan mengakhiri hidup yang terasa pahit. Bagi seseorang yang terluka batinnya semua hal menjadi kelam kelabu, tidak ada warna warni dalam kehidupannya. Bahkan matahari terbit yang bersinar indah menjadi tidak berarti, semua tampak kelam kelabu.

Bukan hal yang tidak aneh jika berbagai peristiwa menakutkan yang mengancam tersebut akan meninggalkan suatu ‘bekas me­nyakitkan’ dalam hidup seseorang yang men­galaminya. Selain masalah fisik yang dialami, trauma psikologis juga tidak jarang menye­babkan suatu masalah dalam kehidupan.

BACA JUGA :  Kerutan di Kulit Bisa Diatasi dengan Rutin Konsumsi Makanan Ini

“Trauma secara sederhana dapat diarti­kan sebagai luka yang sangat menyakitkan. Pengalaman traumatis, secara psikologik berarti pengalaman mental yang mengan­cam kehidupan, dan melampaui ambang kemampuan rata rata orang untuk menang­gungnya,” jelas Kepala SMF Psikiatri RS. Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor, Dr. Lahargo Kembaren, SpKJ.

Peristiwa tersebut dapat dialami sendiri atau menyaksikan (terlibat langsung) dalam peristiwa tersebut. Pengalaman traumatis mengakibatkan perubahan yang drastis dalam kehidupan seseorang. Pengalaman traumatis mengubah persepsi seseorang terhadap ke­hidupannya.

“Pengalaman traumatis dapat mengubah perilaku dan kehidupan emosi seseorang. Ter­masuk dalam peristiwa traumatis seperti ben­cana alam, kekerasan dalam rumah tangga / sekolah (bullying), penyiksaan, pemerkosaan, kecelakaan yang mengerikan dan peristiwa peristiwa yang mengancam kelangsungan hidup,” urainya.

Biasanya, sambung Lahargo, sekitar 10 – 20 persen korban bencana akan mengalami gangguan mental bermakna, seperti gang­guan stres pasca trauma, depresi, gangguan panik, dan berbagai gangguan anxietas terkait trauma.

BACA JUGA :  7 Makanan Sehat Ini Ternyata Akan Bantu Turunkan Gula Darah

“Mereka ini membutuhkan pertolongan ahli kesehatan jiwa. Gejala-gejala gangguan stres pasca trauma antara lain re-experienc­ing (seperti mengalami kembali), avoidance (penghindaran) dan hyper-arousal (keter­jagaan),” kata dia.

Jika mereka menunjukkan gejala-gejala lain, masih kata Lahargo, sebaiknya segera dibawa ke profesional kesehatan jiwa untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Bi­asanya ada gejala lain seperti rasa bedosa, me­nyalahkan diri, depresi, anxietas, marah, ber­duka, impulsif, keluhan somatik kronis (sakit kepala dan gangguan lambung), perilaku destruktif (menyakiti diri sendiri) dan peruba­han pada kepribadian. Hal ini penting karena bila dibiarkan terlalu lama maka gangguan stres pasca trauma ini dapat mengganggu lebih jauh aktivitas dan fungsi individu yang mengalaminya,” pungkasnya.

============================================================
============================================================
============================================================