BRI_logoPROGRAM pembelian kembali (buy back) saham PT Bank R akyat Indonesia Tbk (BBRI) telah dilaksanakan atas sebanyak 221,71 juta unit. BRI menghabiskan dana sebesar Rp2,41 triliun.

Oleh : ALFIAN MUJANI
[email protected]

Pgs Kepala Divisi Sekre­tariat Perusahaan BRI, Aestika Oryza men­gungkapkan, harga ra­ta-rata buy back saham perseroan sebesar Rp10.910 atau masih di bawah harga rata-rata penutupan saham perseroan se­lama periode buy back yang sebe­sar Rp10.991. “Pelaksanaan buy back telah selesai dilaksanakan,” ujarnya.

Sebelumnya, BRI mengumum­kan bahwa perseroan menyiapkan dana sebesar Rp2,5 triliun untuk buy back saham. Periode buy back selama tiga bulan, sejak 12 Oktober 2015 hingga 12 Januari 2016.

Wakil Direktur Utama BRI Su­narso pernah bilang, pihaknya yakin pembelian kembali saham tersebut tidak akan berdampak negatif terhadap kegiatan us­aha perseroan. “Perseroan memiliki modal kerja dan cash flow yang cukup un­tuk melaksanakan pem­biayaan transaksi bersa­maan dengan kegiatan usaha perseroan,” kat­anya.

BACA JUGA :  Menu Sahur dengan Sup Miso Tofu Bayam yang Simple dan Lezat

Dalam transaksi tersebut, BRI menun­juk Bahana Securities sebagai perusahaan perantara perdagangan efek. Pada kesempatan yang sama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga telah merealisasikan buy back secara total mencapai 150,54 juta unit saham senilai Rp750 miliar. BBNI melaksanakan buy back dalam dua periode. Pertama, pada 2-30 November 2015 dengan membeli 101,58 juta unit saham senilai Rp507,88 miliar.

Di periode tersebut, BBNI mem­beli kembali sahamnya di harga rata-rata Rp5.000 per saham. Peri­ode kedua berlangsung 1-28

De­sember 2015. BBNI membeli 48,95 juta unit saham senilai Rp242,10 miliar. Harga rata-rata periode ini Rp4.946 per saham.

Menurut, analis LBP Ente­prise, Lucky Bayu Purnomo, lang­kah BBRI melaku­kan buy back berimbas positif. Pas­alnya, fundamental BBRI cukup kuat. “Buy back itu bagus. BBRI secara valuasi masih di bawah harga pasar, artinya bisa berpo­tensi menguat,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Jadwal Pertandingan Wakil Indonesia di Final Swiss Open 2024

Terkait aksi buy back BBNI, Lucky mengatakan hal itu tidak terlalu berdampak positif. Pasalnya BBNI minim inovasi. Muhammad Ikhsan Burhannudin, analis NH Korindo Securities, men­gungkapkan, BBRI ma­sih merupakan salah satu emiten perbank­an yang memiliki NPL lebih rendah diband­ingkan emiten bank lainnya.”Apalagi BBRI fokus pada mi­kro dan NPL rendah. Jadi pasti menarik,” ujar dia.

Ikhsan menilai, salah satu pemicu se­jumlah bank melaku­kan buy back antara lain karena harga sahamnya menyusut. Hal tersebut juga terindikasi oleh be­sarnya nilai penjualan bersih (net sell) investor asing. Hingga pekan ketiga Januari 2016, aksi jual para pemodal asing menca­pai lebih dari Rp3 triliun. “Apa­lagi yang dijual juga termasuk saham-saham di sektor per­bankan. Jadi hal ini mendorong emiten perbankan melakukan buy back sahamnya,” kata Ikh­san. (okezone)

============================================================
============================================================
============================================================