20140122_105736_Jalan-Brigjen-KatamsoJAKARTA, TODAY — Meski harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar sudah turun mulai 5 Januari 2016, BUMN transportasi, Perum Dam­ri, belum berencana menurunkan tarif bus.

Direktur Usaha Damri, Sarmadi Usman mengungkapkan, penurunan BBM tak berpen­garuh signifikan pada biaya operasional peru­sahaan. “Salah satu komponen tarif itu BBM, di satu sisi turun, tapi biaya lainnya naik kayak tarif jalan tol, pelumas, kemudian spare part semuanya naik karena dolar naik,” kata Sarmadi ditemui di kantor Kementerian Perhubun­gan, Jakarta, Kamis (21/1/2015).

Kalau pun biaya operasional turun, sambungnya, penurunan BBM hanya berkontribusi 16% dari total biaya operasional bus. “(Biaya) BBM ada turun, tapi nggak sebanding dengan kenaikan (harga) spare part. Kalau di kita semuanya yang komponen biaya 30%, dan BBM kontribusinya 16%. Kalau BBM naik semua naik, tapi kalau BBM turun yang lain (spare part) tetap naik,” ungkap Sarmadi.

BACA JUGA :  Hidangan Kreasi yang Lezat dengan Brownies Kurma Kukus

Kendati demikian, Damri saat ini tengah mem­pertimbangkan penyesuaian tarif bus yang beroprasi untuk angkutan kota. “Kita tetap tinjau buat yang angkutan kota. Kita tinjau ulang untuk disesuaikan,” kata dia.

Semakin terjangkaunya harga tiket pesawat uda­ra, ditambah dengan semakin baiknya layanan kereta api, membuat layanan bus yang disediakan perusa­haan bus seperti Perum Damri semakin ditinggalkan oleh penumpang angkutan darat.

Melihat hal ini, perusahaan operator bus harus menyiapkan berbagai strategi agar bisa bertahan menghadapi persaingan antar moda.

Sarmadi mengakui, banyak penumpang bus Damri yang mulai beralih menggunakan pesawat udara dan kereta api. Pihaknya pun memilih strategi mencari pasar lain di luar Jawa, daripada harus bersa­ing secara terbuka dengan kedua moda transportasi tersebut.

BACA JUGA :  Diduga Hanya Menegur, Pria di Probolinggo Dikeroyok 5 Pemuda hingga Babak Belur

“Berkurangnya (penumpang) variatif tergantung daerahnya. Yang jelas kita sesuaikan tarif, kemudian pengembangan trayek baru juga diperluas. Untuk bisnis ke depan, banyak ke luar Jawa, karena di Jawa sendiri kereta dan pesawat lebih murah,” jelasnya.

Perluasan pasar di luar Jawa, menurut Sarmadi, adalah memperbanyak dan menambah trayek-trayek baru antar kota di luar Jawa. Pesaing pun dinilai masih belum banyak, di sisi lain pertumbuhan kota-kota di luar Jawa semakin cepat. “Di samping tarifnya masih bagus, pesaing juga sedikit di antar kota. Permintaan tinggi kita sesuaikan,” tandasnya.

(Yuska Apitya/dtkf)

============================================================
============================================================
============================================================