B3BOGOR, Today – Alumni Institut Pertanian Bo­gor (IPB) meneguhkan komitmen memperluas kemanfaatan hidup untuk orang lain melalui tiga gerakan kepedulian yang menerapkan gaya hid­up hijau (green living).

Ketiga gerakan kepedulian ini sebagian con­toh dari kesadaran dan wujud nyata alumni IPB Angkatan 22, yang lebih memaknai Reuni Akbar 30 tahun pada 11 Oktober ini sebagai hari penegu­han komitmen untuk meluaskan kemanfaatan hidup orang lain. kata Mukhlis Yusuf, mewakili panitia reuni 30 tahun Ghrasita, di Bogor, Minggu (10/1/2016).

Salah satu alumni IPB, Mukhlis mengatakan, tiga di antara berbagai kegiatan yang dimotori alumni adalah, Green Tempe 22 sebagai bagian dari Indonesia Tempe Movement yang dipelopori oleh Wida Winarno dari Bogor. Model peternakan sapi perah terpadu yang dipelopori oleh Taryat Ali Nursidi dari Subang dan Kewirausahaan Sos­ial yang dipelopori oleh Akhmad Supriyatna dari Serang.

Mukhlis mengatakan, ketiga gerakan yang menterjemahkan Green 22 dipelopori oleh tiga alumni IPB yakni Wida, Taryat dan Yatna adalah contoh, di antara banyak yang lainnya. Semua karya tersebut diperoleh dari hasil penempaan oleh Kampus Rakyat IPB.

“Bila mengutip padangan Prof Andi Hakim Nasoetion (Alm), perguruan tinggi bertujuan un­tuk membekali mahasiswa untuk melatih cara berfikir runtun, mampu mengidentifikasi ma­salah di masyarakat dan menawarkan solusi di atas permasalahan masyarakat,” katanya.

BACA JUGA :  Dedie Rachim Apresiasi Renovasi MCK SDN Semeru 6 Kota Bogor

Sementara itu, Green Tempe 22 adalah gerakan untuk keberlanjutan warisan bangsa melalui usa­ha dan edukasi tempat berkualitas, membangun jejaring retail nasional dan internasional, peman­faatan limbah industri tempe untuk pakan ternak, menanam benih dengan bekerja sama dengan balai benih, membuat pelatihan tempe yang lebih efisien, membuat berbagai variasi tempe, edukasi supplier untuk industri tempe, mengembangkan berbagai produk dengan konsep tempe, dan merancang strategi branding tempe sebagai identitas Indonesia.

Gerakan ini menarik perha­tian masyarakat, karena secara tradisional pembuatan tempe biasanya membutuhkan air dan bahan bakar yang relatif banyak terutama untuk proses pencucian, perebusan dan perendaman. Dan, industri tempe biasanya meng­hasilkan limbah yang cukup ban­yak baik berupa air cucian dan air rebusan.

“Kami sudah dua kali melakukan pelatihan dan animo masyarakat cukup besar. Kami akan membuka kesempatan pelatihan membuat bera­gam tempe bagi masyarakat luas,” kata Wida.

Berikutnya gerakan model masyarakat sapi perah terpadu yang dikembangkan Taryat Ali Nursidik, menguatkan posisi tawar peternak ke­pada pelaku industri hilir melalui kelompok usa­ha para peternak, sehingga dapat meningkatkan harga jual, berkelanjutan, fasilitas pendidikan, pendapatan tambahan dari keuntungan koperasi, pasokan energi biomassa, dan pengolahan lim­bah secara ekonomi.

BACA JUGA :  SBR 'Manifesting The Future', Pamerkan Karya Seni Siswa Penuh Filosofi

Ekosistem model masyarakat sapi perah ter­padu ini secara resmi berdiri sejak 2010 di Sub­ang. Masyarakat aktif berkelompak sejak 2007. Lebih dari 200 anggota Gopaknak ini kini hidup lebih sejahtera dibanding sebelum usaha berke­lompok.

Gerakan ketiga yakni kewirausahaan sosial yang dipelopori oleh Akhmad Supriyatna, yang sejak lebih dari 10 tahun lalu mendirikan seko­lah alternatif SMA Bina Putera. Sekolah bersahaja didirikan khusus untuk menggerakkan anak-anak dhuafa berani bermimpi melalui sekolah.

Sekolah tersebut terletak di Desa Rancasu­mur, Kabupaten Serang, sekolah ini lebih mudah dijangkau melalui Stasiun Maja dan lebih dekat ke Kabupaten Lebak bila dijangkau melalui jalur darat dibanding ke Ibu Kota Kabupaten Serang.

Akhmad mengatakan, SMA Bina Putera men­gadopsi model sekolah “moving class” dan labo­ratorium alam yang menekankan pada kreativitas kepemimpinan dan “self centered learning”. Para siswa banyak berinisiatif dan mengelola kegiatan sekolah secara mandiri. Sedangkan guru lebih banyak bersikap sebagai fasilitator dan pendamp­ingan. “Yang kita kuatkan pendidikan karakter, bagaimana menghasilkan individu yang memilik kemampuan diri,” katanya.

(Latifa Fitria)

============================================================
============================================================
============================================================