sayurBOGOR, TODAY — Harga Ba­han Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax, Pertalite, Premium dan Solar, yang mulai turun terhitung Selasa (5/1/2015), ternyata tak berpengaruh ter­hadap situasional pasar. Harga sayur dan kebutuhan pokok di seluruh pasar-pasar tradis­ional di Bogor masih tinggi. Bahkan, ada sejumlah komid­iti yang mengalami lonjakan signifikan.

Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bogor menyatakan, kenaikan harga akibat imbas dari libur panjang dan beberapa hari raya besar akhir tahun kemarin.

Harga cabai merah keriting saat pekan ketiga Desember

 2015 Rp 25.000 per kilo, kini menjadi Rp 40.000 per kilo pada pekan pertama 2016. Sementara cabai rawit menyentuh angka Rp 30.000 per kilogram dari sebel­umnya Rp 10.000.

Sementara tomat stabil di harga Rp 10.000 per kilogram. Daging sapi mengala­mi kenaikan, dari sebelumnya Rp 100.000, kini menjadi Rp 115.000 per kilogram. Disu­sul daging ayam dari Rp 30.000 menjadi Rp 35.000 per kilogram.

Telur ayam pun naik dari Rp 23.000 menjadi Rp 26.000 per kilogram. Gula pa­sir stabil di angka Rp 13.000 dan minyak goreng juga tetap Rp 10.000 per kilo gram.

BACA JUGA :  Kota Bogor Dilanda Bencana Alam, Tanah Longsor dan Banjir di Beberapa Titik

Untuk harga bawang merah kini ada di harga Rp 28.000 per kilogram dari sebel­umnya Rp 30.000 per kilogram. Bawang putih justru naik dari Rp 20.000 menjadi Rp 28.000 per kilogram.

Sementara beras IR (medium) naik Rp 200 dari harga sebelumnya Rp 10.200 per kilogram. Menurut Kasi Perdagangan Dalam Negeri pada Diskoperindag, Yatirun, kenaikan harga ini tidak ada korelasinya dengan penurunan harga BBM. “Kemarin kan baru beres libur panjang. Jadi tingginya permintaan tidak dibarengi stok yang ada di pasar. Kalau pengaruh harga BBM sih lebih kepada biasa produksi,” kata Yatirun, Selasa (5/1/2016).

Diskoperindag pun mengaku kesulitan untuk mengontrol harga bahan pokok mau­pun sayuran lantaran panjangnya perjalan dari petani hingga ke tangan konsumen. “Dari petani, lewat pengumpul, lalu dis­tributor antar provinsi, kemudian distribu­tor antar kota baru ke pasar induk. Nah, sampai disitu saja sudah naik hingga 80 persen dari harga petani. Baru masuk ke pasar tradisional, warung atau pengasong baru ke konsumen,” jelasnya.

Di sejumlah pasar tradisional daerah Bogor, harga sayuran juga masih terpantau melambung. Harga cabai-cabaian mengala­mi lonjakan 50 hingga 70 persen dari harga awal. “Sekarang per kilo bisa Rp 70.000. Harganya naik turun segitu. Banyak petani mengeluh gagal panen karena hujan baru turun Desember,” kata Aminudin (47) ped­agang sayur di Pasar Ciluar.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Tinjau Langsung Lokasi Longsor dan Serahkan Bantuan Kepada Korban Terdampak Bencana

Sekda Kota Bogor, Ade Sarif Hidayat, mengatakan, harga BBM saat ini memakai konsep ‘floating’ atau mengambang se­hingga harga lebih fluktuatif bisa sewaktu-waktu naik dan turun nantinya.

“Melihat fluktuasi harga BBM ini, me­mang tidak serta merta langsung diikuti penurunan harga sembako ataupun tarif angkutan umum. Jadi tidak otomatis harga bensin atau solar turun hari ini maka harga sayuran atau biaya angkutan umum akan turun seketika,” kata Ade, Selasa (5/1/2016).

Ade menuturkan para pelaku usaha baik pedagang maupun pengusaha ang­kutan darat membutuhkan waktu untuk melakukan penyesuain harga. Waktu yang dibutuhkan untuk menyesuaikan harga tersebut berbeda-beda tergantung dari kes­iapan pelaku usaha masing-masing. “Mere­ka pasti akan meninjau ulang harga melihat kondisi saat ini,” imbuhnya.

Melihat fenomena fluktuasi harga BBM yang bisa berubah sewaktu-waktu tersebut, Ade meminta para pelaku usaha bisa me­nyikapi hal ini dengan perencanaan bisnis yang lebih matang serta efisien.

(Rishad Noviansyah|Yuska Apitya)

============================================================
============================================================
============================================================