Kebanyakan martabak yang kita jumpai memiliki diameter 10cm atau lebih, terkadang ukuran ini terlalu besar untuk kita. juga terkadang rasanya hanya itu-itu saja. Bila anda ingin mencoba martabak mini dengan bentuk yang unik, dengan rasa yang tentu tidak diragukan lagi, maka coba saja martabak Mavia.
Oleh : M. Riza
Martabak mini varian rasa (MaÂvia) adalah karya dari MuÂhammad Gufron atau yang biasa disapa Gufron. InspiÂrasi Gufron untuk membuat martabak dengan tampilan cokelat keras di luar yang ketika digigit berisikan martabak dengan berbagai macam toping, adalah dari salah satu produk es krim. “Dulu naÂmanya martabak Magnum sesuai dengan inspiÂr a s i saya, tapi diubah jadi Mavia yang kepanjangannya martabak mini varian rasa,†jelas Gufron kepada Bogor Today, selaÂsa (15/12/2015).
Awalnya pada tahun 2010, ketika sedang kuliah di Fakultas Perikanan, Institut PertaÂnian Bogor (IPB) Gufron berdagang martabak dengan diameter 3,5cm di kantin kampusÂnya. Dan untuk promosinya, Gufron menyebarkan produknya melalui teman-temannya. “Saya bawa martabak saya ketika sedang kumpul dengan teman-teman, atau saya bawa ke kampus, jadi saya kuliah sekalian berdagang. untuk sekarang saya juga rajin mengikuti bazar-bazar kewirausahaan dan juga UKM†tutur Gufron.
Soal rasa, sudah tidak perlu diragukan lagi. Semuanya enak dan memiliki cita rasa yang khas. “Pada awalnya martabak dibuat di masing-masing gerai saya, tetapi harus di kontrol setiap saat untuk mendapatkan kualitas produk yang bagus dan itu sangat merepotkan. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat produknya di workshop Mavia di daerah TeÂbet, Jakarta Selatan,†jelas Gufron.
Pada tahun 2011 Gufron menjadi finalis nasional wirausaha muda mandiri yang diseÂlanggarakan oleh bank Mandiri. “Setelah menjadi finalis nasional itu, pada tahun 2012 saya dibina oleh bank Mandiri. Dan diajak berpartisipasi disetiap acara bazar bank Mandiri,†kata pria berusia 25 tahun ini.
Sempat merugi
Gufron pada awal usahanya, sempat membuka beberapa gerai yang terletak di daerah Bogor dan sekitarnya, tetapi kemudian ditutup karena merugi. “Awalnya ada 4 gerai jual martabak mavia, tapi ditutup karena mahal harga sewa tempatnya,†kata Gufron. “AkhÂirnya kita hanya menjual kepada reseller, catering, dan orang-orang yang memesan,†lanÂjut pria yang baru setahun menikah ini.
Dalam sebulan, Gufron mampu memproduksi 900-1000 buah lebih martabak mini berÂbagai rasa ini. Dengan omset Rp 10.000.000 perbulan, gufron menjual martabaknya ke berbagai tempat. “Dijual ke reseller-reseller, kemudian ada juga catering yang memesan martabak dari kita,†jelas Gufron.
Kendala berarti yang dihadapi Gufron dalam menjalani usaha martabak Mavia ini adalah soal karyawan. “sekarang UMR termasuk tinggi untuk pengusaha seperti saya. Bila peÂkerja tidak digaji sesuai UMR, maka hasil pekerjaannya akan menurun. Ini menjadi dilema tersendiri buat saya,†kata Gufron. “Akhirnya sekarang saya hanya mempekerjakan orang ketika ada orderan, dan membayarnya sesuai dengan hasil kerja mereka,†lanjutnya.
Dalam membangun usaha sampai sebesar ini, Gufron mengaku menjalaninya dengan fokus, manajemen yang bagus, dan penjagaan kualitas produk yang dijual. “Kalo kita usaÂha tetapi berhenti karena merugi diawal, maka kita tidak akan pernah sampai tujuan kita,†pungkas Gufron.