Awan hitam mendatangi kubu LeicesÂter City. Pasalnya, sudah tiga laga mereka meraÂsakan puasa keÂmenangan. Yang terbaru, The Foxes dipaksa bermain imÂbang 0-0 oleh 10 peÂmain Bournemouth di King Power StadiÂum, Sabtu (2/1/2016).
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]
Skuad asuhan Claudio Ranieri bermain tampil dominan dihadapan publik sendiri. Namun, ketajaman Jamie Vardy pun seakan menguap saat penÂguasaan bola 53 persen dan peluang, hanya dua diantaranya yang tepat sasaran.
Tinggal berhadapan dengan Artur Boruc, sepakan Vardy malah mengenai tiang gawaÂng. Itu artinya Vardy hanya bikin satu gol dari lima laga terakhirnya.
Di kubu lawan, dari sembilan kali percoÂbaan, tak ada satupun peluang yang menÂemui sasaran. Peluang terbaik Bournemouth di babak pertama adalah lewat tandukan Joshua King memanfaatkan umpan Junior Stanislas, namun bola masih melebar. Begitu juga dengan sepakan Dan Gosling dari jarak dekat melayang dia atas mistar.
Masuk di babak kedua, Leicester mendapat angin ketika Simon Francis mendapat kartu merah usai melanggar Vardy yang dalam posisi on goal di menit ke-57.
Penalti diberikan namun Riyad Mahrez gagal menunaikan tugasnya, setelah sepakÂannya terlalu lemah dan mampu dibaca Boruc yang bergerak ke arah kirinya. Vardy punya kans lagi bikin gol dari sebuah sepak pojok di pertengahan babak kedua. Tapi, tandukannya masih melebar. Skor 0-0 berÂtahan hingga laga usai.
Atas hasil ini, The Foxes harus menerima kenyataan tidak pernah menang dalam tiga laga beruntun. Yakni saat kalah 1-0 dari LivÂerpool dan imbang 0-0 melawan Manchester City.
Mereka pun gagal menempel Arsenal, yang menang 1-0 atas Newcastle United dan menguasai sendirian puncak klasemen. Leicester di posisi kedua dengan 40 poin, selisih dua angka dari The Gunners.
Awal Keterpurukan
Leicester memang telah berhasil memenuhi target awal, yaitu meraup 40 poin di Liga Primer musim ini dari hasil imÂbang melawan Bournemouth. Namun, apakÂah hanya itu yang mereka inginkan? PasalÂnya, kompetisi baru berjalan separuhnya.
Dengan 40 poin, mereka hampir dipasÂtikan aman dan zona degradasi. Dan itulah target awal mereka. Namun, penampilan apik musim ini hingga membuat mereka bersaing di papan atas, mungkinkah mereka bisa bertahan dalam sisa 18 pertandingan kedepan?
Leicester saat ini duduk di posisi kedua klasemen. Mereka tertinggal dua poin dari Arsenal yang memimpin klasemen dan ungÂgul satu poin atas Manchester City yang beÂrada di urutan ketiga.
Kondisi tersebut masih memungkinkÂan Leicester untuk menjadi juara di akhir musim atau paling tidak mendapatkan tiket ke kompetisi Eropa.
Manajer Leicester, Claudio Ranieri, pun berharap timnya bisa mengulangi pencapaÂian di paruh pertama musim ini pada paruh kedua.
“Sekarang kami harus mencapai target berikutnya dan tetap tenang. Kami meraih 39 poin di paruh pertama musim, jadi di paruh kedua kami berusaha untuk meraih 40 poin. Saya tahu itu sulit, tapi liga ini gila. Kami sudah aman, jadi kami akan berusaÂha,†kata Ranieri.
Namun, kecenderungan tim kecil Liga Primer mengejutkan papan atas klaseÂmen hanya sebatas hingga paruh musim. Ketergantungan The Foxes pada Vardy dan Mahrez sangat tinggi. Jika mereka cedera atau terkena sanksi, siapa yang bisa mengÂgantikan mereka? Inilah satu problem yang harus dipecahkan Ranieri. Karena, mengisÂtarahatkan salah satu atau keduanya, bisa menjadi bumerang bagi mereka.
Praktis, hingga kini Vardy telah mengeÂmas 15 gol dan menjadi top skor sementara Liga Inggris. Sementara Mahrez telah mengeÂmas 13 gol untuk The Foxes sepanjang paruh musim 2015/2016. (*/NET)