Inisiatif percepatan pengisian kursi Wakil Bupati Bogor yang digagas sebagian anggota partai politik yang tergabung dalam Koalisi Kerahmatan dianggap percuma dan hanya menujukkan adanya kepentingan di internal koalisi itu. Hasil studi banding ke Mojokerto justru membawa masalah baru, yakni setiap anggota koalisi berhak mengajukan calonnya masing-masing dan bisa dipilih langsung DPRD tanpa verifikasi bupati
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]
Itu diungkapkan Wakil Ketua BiÂdang Politik dan Hukum pada Komite Nasional Pemuda IndoÂnesia (KNPI) Kabupaten Bogor, Sulhan Kelana Bumi, bahwa pengisian F 2 sudah seharusnya diÂlakukan tak lama setelah Nurhayanti dilantik menjadi Bupati Bogor.
Sulhan menganggap, saat ini keÂberadaan wakil bupati tidak penting lagi. Pasalnya, dengan adanya SekreÂtaris Daerah (Sekda) dibantu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Bumi Tegar Beriman, tidak akan mengurangi pelayanan yang diÂlakukan pemerintah daerah kepada masyarakat.
“Kalau pengisian wabup itu hanÂya atributif, akhirnya menjadi sangat tidak jelas. Sekrang sudah ada Sekda, SKPD, Camat dan sebagainya. Jadi Bu Yanti tanpa wabup pun, pemerintahÂan masih bisa berjalan,†kata Sulhan, Senin (25/1/2016).
Menurutnya, yang dilakukan KoÂalisi Kerahmatan belakangan ini hanÂya akal-akalan dan tidak jelas. “Ya keÂnapa tidak dari dulu dilakukan. Kami dari kalangan pemuda menganggap, pengisian wabup sudah tidak pentÂing lagi,†tegasnya.
Terpisah, Nurhayanti berpedoÂman pada ketentuan bahwa meÂkanisme pemilihan wabup dilakukan lewat rembukan partai koalisi. “Saya sih berpedoman pada ketentuan yang berlaku saja. Kalau meknisme lewat partai koalisi pengusung. Jadi kita serahkan sepenuhnya pada meÂkanisme,†katanya singkat.
Namun, nenek dua cucu itu engÂgan menjawab ketika ditanya dirinya siap atau tidak jika tetap sendiri hingga akhir masa jabatan 2018 mendatang. “Ngga akan dijawab,†ujarnya.
Sementara itu, salah satu calon wabup yang digadang bakal maju dari Fraksi PKS, Wasto Sumarno menilai pengisian wabup harus diÂlakukan secara penuh oleh semua anggota Koalisi Kerahmatan. “Saya sebenarnya setuju kalau ada perÂcepatan. Tapi lebih baik semua angÂgota duduk bersama,†katanya.
Ia menambahkan, PKS sendiri tiÂdak pernah diundang dalam perbinÂcangan enam partai diluar Golkar dan PPP beberapa waktu lalu. “Kami tidak pernah diundang. Kan kami pikir cuma ngobrol saja. Tapi meÂmang sedikit serius sih. Kami setuju wabup diisi, tapi harus lengkap,†tandasnya.
Kini, kata Wasto, koalisi tak perlu lagi mengajukan dua nama ke bupati. Tapi, semua partai anggota koalisi, bisa mengajukan calonnya masing-masing dan dipilih langsung DPRD Kabupaten Bogor. “Mojokerto memang sama kasusnya. Tapi, disaÂna lama kosong tapi menggunakan aturan lama. Nah kalau kita, kosongÂnya lama, tapi pakai aturan baru. Maknya, sekarang setiap anggota koalisi bisa mengajukan calonnya masin-masing. Jadi tidak musti dua dulu ke bupati,†katanya.
Sekretaris Koalisi Kerahmatan, Hendrayana pun bingung menyeÂbutkan apa hasil yang didapat dari studi banding ke Mojokerto. Ia hanya mengatakan jika ‘bola panas’ dikemÂbalikan lagi ke bupati, karena koalisi kesulitan mencapi kesepakatan dan ia satu suara dengan Wasto.
“Jadi begini, karena sulit mencaÂpai kesepakatan dalam koalisi untuk menetukan dua nama, maka masing-masing anggota koalisi menyodorkan nama calonnya,†kata politisi Hanura itu. (*)