JAKARTA, TODAY — Direktur Jenderal Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan Indonesia, ditiru oleh beberapa negara kaya minyak seperti Iran dan Arab Saudi. “Beberapa negara mencontoh kita seperti Arab Saudi dan Iran. Banyak negara yang tadinya mensubsidi BBM, sekarang mulai pelan-pelan melepas subsidi dan mengikuti kita,†katanya, Selasa (23/2/2016).
Menurut dia, tidak hanya ide mencabut subsidi dalam rangka mengurangi beban neÂgara. Kedua negara tersebut juga mencontek penetapan harga BBM yang dievaluasi per tiga bulan. “Pola periodenya mengikuti kita,†ujarnya.
Harga Tak Membaik
Sementara itu, Badan EnerÂgi Internasional, IEA, mengataÂkan harga minyak mentah duÂnia akan tetap rendah hingga tahun depan. IEA menyebutÂkan pemulihan harga minyak akan berjalan dengan lambat karena pasok minyak yang beÂgitu besar di pasar dunia.
“Kami harus mengatakan bahwa kondisi pasar minyak tidak memperlihatkan harga akan membaik dengan tajam dalam jangka menengah, keÂcuali ada peristiwa geopolitik besar,†tulis laporan jangka menengah IEA yang memÂperkirakan kondisi dalam wakÂtu lima tahun ke depan.
Baru pada 2017 permintaan dan permintaan minyak akan mulai sejalan tetapi pasok yang begitu besar akan menjadi hambatan dalam percepatan harga minyak ketika pasar, yang sudah seimbang, mulai menyerap pasok itu.
Sementara harga minyak akan naik secara bertahap keÂtika pasar mulai seimbang, ketÂersediaan sumber minyak yang bisa dengan mudah dan cepat dieksplorasi akan membatasi cakupan kenaikan harga ini.
IEA mengakui, untuk memÂperkirakan pasar minyak adaÂlah tugas yang sangat rumit. Dengan menyebutkan bahwa para pakar masih bergelut dengan dampak penurunan harga minyak yang drastis dari USD100 per barel pada Juli 2014 menjadi sekitar USD30 dolar saat ini. Satu tahun lalu para analis memperkirakan pasok minyak berlebih akan berhenti pada akhir 2015,’’tetapi panÂdangan ini terbukti salah,†tulis laporan IEA ini.
IEA berpandangan pasok pada akhirnya akan berkurang karena penurunan investasi akibat harga yang rendah akan memicu penurunan produksi. Pengeluaran untuk eksplorasi minyak dan pembelian peralaÂtan diperkirakan akan turun 17 persen tahun ini, setelah pada 2015 turun 24 persen, yang akan menjadi pertama kali seÂjak 1986 ketika investasi hulu turun dalam dua tahun bertuÂrut-turut,†kata laporan itu.
Harga minyak yang rendah sudah mengurangi produsen minyak berbiaya tinggi, dan IEA memperkirakan produksi minyak LTO AS, atau minyak shale, akan turun sebesar 600 ribu barel per hari. Tahun depan produksi ini akan tuÂrun 200 ribu barel per hari sebelum kenaikan harga minÂyak bertahap akan kembali memicu produksi.
Sementara itu, permintaan minyak dunia akan terus menÂingkat tetapi percepatannya lemah akibat situasi pasar fiÂnansial yang fluktuatif dan pertanda bahwa “hampir setiap negara akan mengalaÂmi penurunan pertumbuhan GDPâ€.
(Yuska Apitya/CNN)