Suku bunga bank pelaksana akhirnya mulai turun. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), misalnya, sudah menurunkan suku bunga kredit dan simpanan deposito sebesar 25 basis poin (0,25%). Penurunan suku bunga ini berlaku mulai Februari 2016.
Oleh : Nadia Amelia
Jadi suku bunga ini kita tuÂrunkan, bulan ini 0,25% atau 25 basis poin. Jadi penurunan suku bunga ini berlaku FebruÂari,†kata Direktur Utama BRI AsÂmawi Syam di Gedung BRI, Jakarta, Rabu (3/2/2016).
Terkait dengan target kerja di tahun 2016, BRI berencana akan tetap meningkatkan portofolio kreditnya seÂcara selektif dan prudent sesuai denÂgan kondisi perekonomian dengan kisaran target pertumbuhan sebesar 13%-15%. Ada pun penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) tetap menjadi priÂoritas, dengan target penyaluran sebeÂsar Rp 67,5 triliun, yang dialokasikan untuk KUR Mikro sebesar Rp 65 triliÂun, KUR ritel sebesar Rp 6 triliun dan KUR TKI sebesar Rp 500 miliar. Untuk tingkat suku bunga sesuai dengan keÂtentuan dari pemerintah, di mana per 1 Januari 2016 tingkat suku bunga KUR di semua sektor ditetapkan menjadi sebesar 9% per tahun atau turun dari tahun 2015 yang sebesar 12% per tahun dan 22% per tahun 2014.
Selain itu, BRI juga akan tetap fokus dalam usaha penghimpunan DPK murah, disertai dengan upaya-upaya penguatan fee based income dan pengembangan infrastruktur sepÂerti launching BRISat di pertengahan tahun, ekspansi unit kerja di Timor Leste serta peningkatan jumlah agen BRILink hingga 75.000 agen di 2016. Untuk rasio, di tahun 2016 ini, BRI menargetkan NPL berada di level 2,1- 2,4%, LDR di kisaran 85-90% dan CAR di posisi 20,18%.
Selanjutnya dengan modal kinerja yang sehat, stabil dan berkelanjutan serta didukung dengan jaringan unit kerja yang optimal, BRI optimistis dapat mencapi pertumbuhan net profÂit atau laba perseroan di kisaran 3-5% di tahun 2016 ini.
Upaya peningkatan Current AcÂcount Saving Accoubt (CASA) atau dana murah seperti giro, tabungan britama dan simpedes juga turut berÂpengaruh pada funding structure BRI.
Hingga akhir tahun 2015 CASA BRI tumbuh sebesaar 18,4% atau menjadi Rp 380,6 triliun dengan kontribusi terÂhadap DPK yang juga meningkat dari 53,5% di akhir tahun 2014 menjadi 59,2%. Peningkatan rasio CASA terseÂbut tentunya memberikan efek positif yaitu penurunan Cost Of Fund (COF) dari yang sebelumnya 4,4% di tahun 2014 menjadi 4,2% di tahun 2015.
Tak hanya itu, BRI juga berhasil mempertahankan posisi neraca yang solid dengan posisi likuiditas dan perÂmodalan yang sehat serta rasio profitÂabilitas yang relatif stabil. Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di level yang rendah, NPL netto tercatat sebesar 0,5% dan NPL gross sebesar 2,0% denÂgan NPL coverage ratio sebesar 151,1%. Ada pun rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat sebesar 86,9%, sementara rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 20,6% pada akhir tahun 2015, sedangkan ReÂturn of Asset (ROA) tercatat di level 4,2% serta Return on Equity (ROE) di level 29,9%.
Sebagai upaya untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya, BRI terus mengembangkan jaringan unit kerja konvensional, e-channel, dan layanan branchless banking, baik secara kualiÂtas maupun kuantitas.
Sepanjang tahun 2015 ini, Bank BRI telah menambah seÂdikitnya 216 unit kerja konÂvensional, baik itu dalam bentuk Kantor Wilayah, Kantor Cabang, hingga Teras BRI keliling. HingÂga akhir tahun 2015, BRI telah memiliki 10.612 jaÂringan kerja konvensionÂal, yang terdiri dari 8.539 jaringan mikro, termaÂsuk Teras BRI dan Teras BRI Keliling, 983 KanÂtor Kas, 603 KCP, 467 Kantor Cabang, serta 19 Kantor Wilayah y a n g kesemuanya terhubung real time online
SemenÂtara itu, peningkaÂtan jumlah jaringan e-channel diÂdominasi oleh pertambahan ElectronÂic Data Capture (EDC) sebesar 56.554 menjadi 187.758 unit, Automatic Teller Machine (ATM) bertambah 2.000 menjadi 22.792 unit serta Cash Deposit Machine (CDM), berÂtambah 500 menjadi 892 unit.