Potensi pariwisata Indonesia sebetulnya sangat luar biasa. Namun saat ini baru Bali yang bisa dioptimalkan. Karea itu, Pemerintah saat ini menggenjot pengembangan pariwisata di luar Pulau Bali.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera mengeluarkan paket insentif bagi bank-bank yang mampu memperÂbaiki efisiensinya, baik di sisi overÂhead dan margin keuntungan, serta risk preÂmium (NPL).
Paket insentif ini dalam rangka melengÂkapi kebijakan penurunan biaya dana akibat berbagai macam kebijakan yang dikeluarkan baik oleh pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan OJK, untuk meyakini suku bunga kredit turun.
Paket insentif tersebut akan diluncurkan dalam waktu dekat dalam bentuk Peraturan OJK (POJK) Tentang Insentif dalam Rangka Peningkatan Efisiensi.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengungkapkan, melalui insentif tersebut, perbankan didorong untuk menyeÂsuaikan margin perbankan melalui berbagai efisiensi. Saat biaya dana bisa ditekan, meÂlalui pemangkasan bunga deposito salah satuÂnya, maka perbankan juga bisa menurunkan tingkat suku bunga kreditnya.
“Kita sudah memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), tahun depan ikut Asia PaÂcific, kita harus tumbuh berkembang meningÂkatkan daya saing, kita lihat situasi di ASEAN sekarang, bunga kredit paling tinggi di ASEAN
 itu Indonesia,†ujarnya, saat berÂbincang bersama detikFinance, di kantornya, Gedung OJK, Jl Wahidin Raya, Jakarta, Jumat (19/2/2016).
Lebih jauh Muliaman menjelaskan, kebijakan insentif OJK ini menjadi salah satu cara bisa menurunkan suku bunga kredit perbankan di Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan langkah pemerintah yang memang tengah menekan bunga kredit perbankan di Indonesia menjadi single digit.
Saat ini, rata-rata suku bunga kredit perbankan di Indonesia menÂcapai 12,87%, masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Malaysia 6,85%, Filipina 6,86%, dan Thailand 7,10%.
OJK ingin, perbankan di IndoneÂsia bisa bersaing dengan bank-bank di ASEAN dengan penerapan bunga kredit single digit. Di tingkat ASEAN, paling tidak perbankan Indonesia bisa sejajar dengan Thailand. “KareÂna menyaingi Malaysia dan SingapuÂra terlalu berat, kenapa nggak FilipiÂna, kalau Filipina sudah sebanding, kalau sama Filipina selevel lah, palÂing tidak mirip Thailand,†ucap dia.
Muliaman meyakini, melalui kerja sama dengan berbagai pihak terkait, suku bunga kredit di Indonesia bisa ditekan hingga ke level single digit. “Secara bertahap bisa suku bunga kredit 7%, kalau kebijakan BI jalan, pemerintah jalan, OJK jalan, bukan sesuatu yang tidak mungkin. Saya suÂdah sosialisaikan ke bank, saya sudah panggil semua bank, mereka menduÂkung asal dilakukan secara bertahap, bank BUKU 3 dan 4,†pungkasnya.
Muliaman D Hadad mengungkapÂkan, insentif itu dibuat agar bank mau melakukan efisiensi seagresif mungkin sehingga bisa menekan biÂaya dana. Dengan biaya dana yang rendah, margin perbankan juga bisa disesuaikan, yang pada akhirnya bisa menekan tingkat suku bunga kredit perbankan.
Meski demikian, agar perbankan mau memangkas tingkat suku bunga kreditnya, perbankan terlebih dulu memangkas biaya dana, salah satuÂnya adalah suku bunga deposito.
Untuk itu, BUMN sebagai salah satu pemilik deposito terbesar di perbankan, harus rela jika suku bunÂga depositonya dipangkas menjadi lebih rendah. Rata-rata suku bunga deposito saat ini di kisaran 7%-8%. Biasanya, BUMN minta tingkat suku bunga deposito di atas rata-rata.
Nah, BUMN harus rela bunga deÂposito dipangkas agar perbankan mau menekan suku bunga kreditnya. “Rata-rata deposito 7%-8%, BUMN pada dasarnya minta berbagai vaÂriasi, kalau dia turun itu, menekan biaya dana, karena BUMN kan domiÂnan, jadi ini dikaitkan dengan RBB tahun ini,†jelas Muliaman.
Terkait batasan bunga deposito, Muliaman menyebutkan, hal terseÂbut tengah dibahas di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan KementÂerian BUMN untuk menetapkan beÂsaran bunga deposito.
“Tergantung nanti, BUMN mau terima deposito, mau terima berapa, itu ada aturan dari Kementerian BUMN dan Kemenkeu, otomatis akan rendah, cuma berapanya belum keluar aturan,†imbuh Muliaman.
(detik.com)