Nasib pembangunan optimalisasi Terminal Baranangsiang belum jelas. Meski sudah memasuki tahun 2016, masalah pembangunan terminal Baranangsiang masih saja menggantung, karena Pemkot Bogor belum berani mengambil keputusan apapun, dengan alasan adanya rencana pembangunan kereta api ringan atau Light Tail Transit (LRT) yang terintegrasi atau terkoneksi dengan terminal Baranangsiang.
Oleh : Abdul Kadir Basalamah
[email protected]
Walikota Bogor, Bima Arya, belum beÂrani memberikan keputusan apapun terkait kelanjutan proyek pembangunan optimalisasi terminal Baranangsiang yang suÂdah mangkrak beberapa tahun itu. Bima mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menunggu kepuÂtusan dan kepastian dari pihak PT. Adhi Karya selaku pelaksana pemÂbangunan LRT. Jadi pembangunan terminal Baranangsiang tergantung ke-pada rencana pembangunan LRT, dan terminal tidak bisa dibanÂgun kalau progress LRT belum jelas.
“Kita masih menunggu kepuÂtusan dan kepastian dari PT Adhi Karya. Jadi pembangunan terminal Baranangsiang itu harus menunggu rencana pembangunan LRT, karena terminal harus terkoneksi dan terÂintegrasi langsung dengan LRT, jadi terminal Baranangsiang tidak bisa dibangun tanpa adanya kepastian pembangunan LRT di terminal BaÂranang-siang,†kata Bima Arya.
Menurut Bima, Pemkot Bogor sudah memberikan arahan dan meÂnyarankan kepada PT. Adhi Karya agar membangun LRT di kawasan Tanah Baru. Namun progresnya beÂlum pasti, apakah LRT itu dibangun di Tanah Baru lalu ditarik konekÂsinya ke terminal Baranangsiang, atau LRT dibangun langsung di terÂminal Baranangsiang. “Belum ada respon apapun terkait penawaran yang diberikan oleh kami, dan kaÂlau mereka tidak mau membangun LRT di Tanah Baru, berarti LRT itu dibangun di terminal Baranangsiang dan konsep pembangunan LRT haÂrus menyesuaikan dengan rencana pembangunan terminal BaranangÂsiang,†jelasnya.
Walikota juga akan kembali menanyakan soal kepastian pemÂbangunan LRT kepada PT Adhi Karya. “Kita akan tanyakan lagi,†tandasnya.
Terpisah, Sekda Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat mengungkapkan, samÂpai saat ini belum ada pembahasan maupun rapat pertemuan kembali dengan PT Adhi Karya soal kelanÂjutan pembangunan LRT. Pemkot Bogor juga sudah membentuk tim transportasi yang menangani maÂsalah LRT itu, jadi nanti tim yang akan intensif melakukan rapat dan menanyakan soal kepastian pemÂbangunan LRT dan kelanjutannya. Terkait pembangunan terminal Baranangsiang, menunggu dulu dari kepastian PT Adhi Karya. “Kita semua masih menunggu kelanjutan pertemuan dengan pihak PT Adhi Karya dan PT PGI, jadi soal pembanÂgunan terminal Baranangsiang akan disesuaikan dengan keputusan pemÂbangunan LRT. Apakah akan mengÂgunakan jalur kawasan Tanah Baru, atau langsung dibangun di termiÂnal Baranangsiang. Kita juga sudah membentuk tim khusus yang menanÂgani soal LRT ini,†ungkapnya.
Kabar berkembang, pemilihan lokasi terminal LRT di Tanah Baru ditunggangi sejumlah kepentingan. Siapa yang menitip? Penelusuran BOGOR TODAY menyebutkan, beÂragam kepentingan investasi mulai berdatangan. Para pemain tanah dan saham memesan Balaikota BoÂgor agar menggeser terminal LRT dari Baranangsiang, sekalipun meÂlanggar Peraturan Presiden (PerÂpres).
Namun, ini dibantah. “Nggak ada. Semua menginginkan, yang cepat itu yang mana. Intinya, kami mendorong mana yang lebih cepat dan baik,†kata Ade Sarip Hidayat, kemarin.
Sementara, Ketua Tim PercepaÂtan Pelaksana Prioritas PembanguÂnan (TP4) Kota Bogor, Yayat SupriatÂna, mengatakan Pemkot Bogor tidak meng-inginkan terjadi pemusatan kendaraan berlebih di seki-tar BaÂranangsiang. Terlebih kondisi lalu lintas di sekitar Baranangsiang saat ini padat.
Selain itu, konsep pembanguÂnan jaringan LRT di Kota Bogor yang melintas di Jalan Pajajaran dinilai meng-gangu estetika Tugu Kujang yang sudah menjadi ciri khas kota hujan. “Pemkot Bogor tidak ingin pembangunan LRT mengganggu esÂtetika tata ruang kota. Oleh karena itu kami akan mengusulkan lokasi lain sebagai pengganti BaranangÂsiang untuk dijadikan stasiun LRT di Bogor,†kata Yayat.
Lokasi lain yang diusulkan salah satunya berada di wilayah Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara. HanÂya saja Pemkot Bogor masih harus membenahi sistem layanan transÂportasi umum untuk menunjang stasiun LRT di Tanah Baru. “Kita ingin melakukan redistribusi angkuÂtan umum agar tidak hanya terpusat di kota, seperti di Baranangsiang,†kata Yayat.
Pembangunan jaringan LRT mengacu pada Perpres Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan PeÂnyelenggaraan Kereta Api Ringan/ LRT. Dalam perpres itu, jaringan LRT di Kota Bogor akan berakhir di Stasiun Baranangsiang. “Kami tetap akan mengusulkan Tanah Baru sebÂagai rekomendasi kepada pemerinÂtah pusat,†kata dia.
(Yuska)