Hidup itu ibarat roda yang berputar, kadang berada di atas kadang juga tergelincir ke bawah. Namun ketekunan yang diiringi dengan semangat dan lihai mencari peluang adalah awal dari kesuksesan.
Oleh : Abdul malik
[email protected]
Hal inilah yang pernah diraÂsakan oleh pria kelahiran Jakarta 30 juni 1978 yang bernama Indra Wijaya atau kerap di panggil Indra. Kala itu usianya baru menginjak 19 tahun, Indra sudah belajar berbisnis.
“Kuliah saya tidak beres, baru satu tahun kuliah saya sudah meraÂsa gerah dan ingin bekerja, ngelaÂmar kesana kesini namun pada akhirnya saya memutuskan untuk berbisnis,†ungkap pria keturunan Tiong-hoa ini.
Di pinjamkan modal oleh kedÂua orang tuanya, Indra membuka dealer oli di Solo. Setelah usahanya berjalan selama dua bulan, Indra sudah dapat mengembalikan modÂal yang di pinjamnya itu. Kurang dari setahun kerusuhan 98 pun terjadi, omset usahanya menurun drastis.
“Kerusuhan 1998 menjadi puÂkulan telak buat semua pengusaÂha, dari situ saya memutuskan unÂtuk mengambil sebagian modalnya untuk dibawa ke Jakarta dan memÂbuka toko disana,â€ujar Indra.
Pada tahun 1999 Negara Cina sedang berkembang, sambungnya, kemudian dia mendapat informasi tersebut dari temannya. Dari situ Indra memutuskan untuk belaÂjar Bahasa Mandarin dan pergi ke Negara Tirai Bambu itu.
“Dengan modal nekat saya pergi ke Cina untuk berbisnis. Barang-baÂrang yang murah dari Cina mungkin saya bisa membawa dan menjualÂnya di Indonesia,†katanya.
Menginjak tahun kedua orang tua Indra mengalami kegagalan dalam berbisnis, orang tuanya tertipu saat berbisnis kayu. Indra memutuskan kembali ke Indonesia untuk membantu masalah yang diÂalami orang tuanya.
“Setelah saya kembali ke IndoÂnesia untuk membantu orang tua saya, ternyata saya sudah terlamÂbat. Masalah yang dialami orang tua saya sudah complicated (ruÂmit),†tutur Indra.
Indra mengaku, mulai tahun 2002-2003 dia menjadi seorang pengangguran, ia mengambil side job sebagai penerjemah film manÂdarin untuk mengumpulkan modÂal. Berbagai macam bisnis sudah pernah Indra jalani, sepÂerti bisnis agen air minerÂal, batik rayon, properti, kreditan elektronik, dan bisnis pembesaran ikan lele.
Kendati demikian, bisnisÂnya tidak bertahan lama. Pada akhirnya Indra memutuskan untuk berbisnis teh, karena diperkenalkan oleh salah satu temannya.
“Awalnya teman saya datang dan mengajarkan saya cara membuat teh dan menÂcampur teh. Saya tertarik unÂtuk memulai usaha teh ini,†ungkapnya.
Usaha teh ini baru berjalan sekitar satu tahun lebih, mengÂhasilkan omset sekitar sepuluh juta perbulan. Indra optimis unÂtuk membesarkan usahanya ini yang diberi label “TEANGETâ€.
“Tidak ada bisnis yang abadi, bila bisnis kita sukses sekarang belum tentu beberapa taun kedeÂpan akan tetap sukses. Bila sedang jatuh teruslah belajar untuk bangÂkit dan harus pandai mencari peluÂang.†tutur Indra.
(Latifa Fitria)