Anggota DPRD Kota Bogor Najamudin mengecam sikap atau pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang menolak masyarakat dengan dalih ruangan penuh hingga akhirnya pasien pemegang kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan itu sekarat dan meninggal dunia di rumah sakit swasta.
Oleh : ABDUL KADIR BASALAMAH | YUSKA APITYA AJI
[email protected]
Kami turut berduka dengan meninggalÂnya warga Kota BoÂgor yang notabene sebagai Ketua RT di Kelurahan Kedunghalang hanya gara-gara lambat mendapatkan penanganan atau pelayanan dari tiga rumah sakit. Bagi kami haÂram hukumnya, RSUD menolak pasien yang memang membuÂtuhkan pelayanan darurat seperti itu,†kata Anggota Komisi D (BiÂdang Kesehatan dan KesejahterÂaan Rakyat) DPRD Kota Bogor itu, Rabu (2/3/2016).
Lebih lanjut ia mengungkapkan, selain mengutuk pihak RSUD, piÂhaknya juga akan memanggil Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dan seluruh pengelola rumah sakit di Kota Bogor. “Bukan cuma PemÂkot, maupun RSUD. Tapi seluruh rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta akan kita panggil untuk meminta penjelasan terkait banyaknya keluhan soal pelayanan, bagi para pemegang Kartu BPJS Kesehatan apalagi sampai sering terdengar dan ramai diberitakan adanya penolakan pasien,†ungÂkapnya.
Menurutnya, sistem pelayanan kesehatan di Kota Bogor ini harus ada yang dirubah. Pihaknya miris, harapan terkait di akuisisi atau pengambilalihan RS Karya Bhakti yang kini menjadi RSUD satu-satÂunya milik Pemkot Bogor, justru pelayanannya malah lebih buruk alias tidak manusiawi dalam meÂnyikapi pasien-pasien sekarat. “Sejak dulu saya mengkritik keras Pemkot Bogor, dari era Diani (WaÂlikota sebelumnya) sampai sekaÂrang agar pelayanan kesehatan bagi masyarakat menjadi prioritas dan perhatian khusus. Baik itu maÂsalah fasilitas hingga pro kontra soal urgensitas berdirinya Badan Layanan Umum (BLU) bidang kesehatan, khususnya mengenai kepemilikan RSUD,†ujarnya.
Pihaknya juga berjanji akan melakukan inspeksi mendadak secara intensif ke seluruh PuskeÂmas dan rumah sakit swasta unÂtuk memastikan sistem pelayanan rumah sakit di Kota Bogor sudah berjalan sesuai harapan. “Kita akui anggaran untuk sektor kesÂehatan tiap tahunnya mengalami peningkatan. Apalagi tahun ini, untuk membangun ruang kelas III RSUD Kota Bogor nilainya mencaÂpai Rp30 miliar,†ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto saat dikonfirmasi mengaku belum mengetahui persis permasalaÂhan adanya penolakan pasien di RSUD Kota Bogor hingga akhirnya meninggal dunia di rumah sakit swasta. “Maaf baru balas. Nanti saya cek dulu. Saya sudah minta Dirut untuk laporan, sore tadi saya ingatkan lagi dan dia sedang susun kronologisnya,†ujarnya, singkat, Rabu (2/3/2016).
Seperti diberitakan sebelumÂnya, Udin Syahrudin, 47, Ketua RT 06/08, Kampung KedunghaÂlang Talang, Kelurahan KedungÂhalang, Bogor Utara, Kota Bogor meninggal dunia di Rumah Sakit Islam Bogor, setelah sebelumnya ditolak tiga rumah sakit, salah saÂtunya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, Senin (29/02).
Peristiwa penolakan oleh piÂhak RSUD hingga akhirnya beruÂjung maut yang memang kerap terjadi bagi pasien keluarga miskin (gakin) maupun pemegang Kartu Badan Penyelenggara Jaminan SoÂsial (BPJS) Kesehatan pada pukul 01.00 WIB. “Saya juga bingung kenapa tidak diambil tindakan dulu oleh dokter jaga Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Kota Bogor, padahal kondisi suami saya sudah lemas karena sebelumnya semÂpat ditolak juga di Rumah Sakit swasta di Jalan Pajajaran. Mereka langsung mengarahkan sebaiknya di bawa ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi (RSMM) Bogor,†kata TenÂny, 42, isti almarhum saat ditemui di rumah duka, Selasa (01/03).
Lebih lanjut ia menuturkan, almarhum sebetulnya tidak meÂmiliki riwayat jantung. Bahkan beberapa jam sebelum dibawa ke RS Mulia di Jalan Pajajaran, sempat dirawat satu hari di RS Family Medical Centre, Jalan Raya Bogor-Jakarta, Sukaraja, Kabupaten Bogor. “Setelah itu dokter mempersilahkan pulang. Satu hari kemudian kambuh lagi, dadanya tiba-tiba nyeseuk dan dibawa ke RS Mulia di Jalan PajaÂjaran, tapi dokter di rumah sakit itu tanpa memeriksa lebih jauh, hanya menyarankan suami saya yang sudah lemas itu harus segera dirawat diruang ICU, saat itu juga kita bawa ke RSUD Kota Bogor,†ujar ibu anak dua itu.
Hal senada diungkapkan, Tina, 39, adik Tenny yang ikut menganÂtar almarhum beberapa saat seÂbelum meninggal dunia. “Iya kita perempuan semua yang menganÂtar. Yang paling mengenaskan dan sakit hati yakni sikap petugas keÂamanan dan dokter jaga Unit GaÂwat Darurat (UGD) Rumah Sakit Marzuki Mahdi (RSMM). Baru juga sampai masuk gerbang, pihak petugas keamanan dan dokter jaga bilang pasiennya jangan dulu diturunkan dari mobil,†ujarnya.
Mereka sekeluarga bingung, kenapa almarhum sebelum meningÂgal yang memang kondisinya sudah sekarang dan harus mendapatÂkan penanganan intensif, malah mendapatkan perlakuan tak maÂnusiawi. “Padahal almarhum itu peserta BPJS kelas 2. Tiga rumah sakit yang menolak itu alasannya penuh. Seharusnya sebelum merÂeka menolak secara halus dengan dalih ruang penuh, lakukan tindaÂkan,†ungkapnya.
(Abdul Kadir Basalamah|Yuska)