KALIMAT ini sering dikaitkan dengan perubahan prilaku keimanan seseorang. Sebagai contoh, orang yang baru memeluk Islam, misalnya, sering disÂebut telah mendapat hidayah. Kita sering kali tak mengecek kembali motif keberagamaanÂnya. Padahal, dalam banyak kasus tak sedikit orang menyatakan menjadi pemeluk Islam seÂmata-mata bermotif pernikahan. Tetapi seteÂlah dikaruniai anak, dia kembali ke keyakinan asalnya. Ini jelas bukan hidayah, tetapi hanya sebuah trik atau tipuan untuk bisa menikahi sang pujaan hati yang beda keyakinan.
Dalam konteks lebih luas, hidayah bisa menghampiri siapapun. Ia datang tak terduÂga, bisa lewat perantara apa saja. Bisa lewat manusi yang terpilih seperti para alim dan cendekia, bisa lewat ilmu pengetahuan, bahÂkan bisa datang lewat mimpi. Hidayah adalah pencerahan spiritual yang memiliki kekuatan dahsyat untuk menggerakkan jiwa raga kita ke arah yang kian hari kian baik dan kian salih.
Kita tak pernah tahu kapan hidayah menghampiri kita. Karena itu, para alim selalu menganjurkan agar kita senantiasa memohon ampunan agar kita berlimpah hidayah setiap saat. Tanpa hidayah hidup kita sebagai mahluk pastilah akan tersesat terbawa arus napsu dan kecintaan kita terÂhadap dunia kebendaan.