20150730_085121Selama bunyi tak-tek-tok masih terdengar, berarti duit terus berputar. Be­gitu kata para perajin per­abotan berbahan kaleng di Kampung Dukuh, Desa Pasirmukti, Citeureup, Kabupaten Bogor.

Kampung Dukuh Desa Pasir Mukti Citeureup Bogor Jawa Barat, atau yang lebih dikenal dengan Kampung Kaleng adalah salah satu sentra penghasil perabot rumah tangga dari bahan kaleng yang produknya banyak dipasarkan di Ja­bodetabek maupun nasional.

Di Kampung Kaleng ini ter­dapat 135 pengrajin yang meng­hasilkan beberapa perabot rumah tangga, sejumlah pengrajin di Kam­pung Kaleng merupakan kearifan lokal yang perlu dijaga dan dikem­bangkan keberlanjutannya. Salah satu upaya untuk itu pengrajin di Kampung Kaleng membentuk ke­lompok usaha bersama bernama Rancage yang berarti lincah dan ti­dak mudah tertinggal. Saat ini, dari 135 perajin, 60 di anta­ranya telah bergabung dalam Rancage.

Limbah kaleng yang dulu dibuang begitu saja, kini diolah menjadi aksesori mobil, knal­pot motor, toples dan kaleng kerupuk mungil. Selain itu Kam­pung Kaleng juga menjual aneka bentuk oven, loyang, tempat sampah, bakaran sate, dan asbak mini. Dengan kisaran harga dari Rp. 10.000-Rp. 3.000.000, Anda juga bisa memesan bentuk dan ukuran sesuai keinginan. ”Produk ini laku keras di setiap pameran, dan seka­rang jadi salah satu ikon kami,” un­gkap Rahmat, Marketing Koperasi Rancage kepada Bogor Today.

Saat ini produk di Kampung Ka­leng dijual secara offline dan online dengan menggunakan Tokopedia, Buka Lapak, Lazada, Belanja.com, Elevenia, dan Sophee. “Berkat jual sistem online menggunakan Toko­pedia, sampai ada yang memesan dari Afrika untuk membeli cetakan kue sebanyak 1200,” lanjutnya.

Menurut Rahmat, dibentuknya Koperasi Rancage untuk menguat­kan mereka secara emosional, pemodelan, sampai ke pemasaran agar tetap solid. Selama diben­tuknya Koperasi Rancage, om­set tiap bulan penjualan dengan sistem online Rp. 10.000.000-Rp. 20.000.000, sedangkan offline tak terhitung.

“Saya berharap dengan adanya koperasi bisa membantu mempro­mosikan produk pengrajin yang ada di sini, entah jalurnya offline atau online itu semua bagian dari pro­mosi atau marketing,” tandasnya.

(Hesti Amelia)

============================================================
============================================================
============================================================