KATA cinta seperti manÂtera. Ia memiliki kekuaÂtan yang dahsyat dan sering sangat sulit dicÂerna rasio. Sebab cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi, cinta merupaÂkan sifat baik yang meÂwarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih, dan kasih sayang yang tulus dan mendalam.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar cerita tragis di balik kata cinta. Ada orang patah hati karena cinta. Ada lagi orang bunuh diri karena cinta. Ada pula pula yang cemÂburu buta atas nama cinta. Sungguh adegan ini menyimpang jauh dari konteks filosofi di atas. Dalam bahasa pasar, ini penyimpangan cinta.
Cinta dalam konteks filosofi di atas memÂbutuhkan sebuah pengorbanan yang luar biaÂsa. Tak ada imbalan, tak ada transaksi, apalagi pamrih. Dan, agama mengajarkan kepada kita bahwa pemilik cinta seperti itu hanya ibu dan Sang Pencipta alam semesta. (*)