Namanya singkat dan mudah diingat. Dia adalah Aliyas. Sosoknya sederhana dan raÂmah. Selera humornya tinggi. Tak heran jika lurah yang satu ini banyak kawannya.
Selain menjadi lurah di MeÂkarwangi, Aliyas juga seorang penyiar radio. Meski terdenÂgar aneh, namun itulah Aliyas. Pria unik yang meniti karir kebirokrasian benar-benar dari tingkat bawah. Kini, ia meÂmimpin sebanyak 12.000 jiwa warga di Mekarwangi, KecaÂmatan Tanahsareal.
“Saat ini, saya fokus melakukan pemilihan sampah organik dan an-organik. ApalaÂgi, merubah mindset masyaraÂkat multi kultur disini sedikit butuh kesabaran. Makanya kami pelan-pelan sosialisasi ke tingkat perkampungan,†kata dia. “Menurut saya sih, sampah yang paling banyak disini adalah sampah popok. Tapi, saya nggak menyerah unÂtuk memberi penyuluhan ke bawah,†kata dia.
Aliyas tak sendirian. Ia juga dibantu aparat wilayah setempat, mulai dari Babinsa, Babinkamtibnas, LPM serta BPD. “Saya lebih suka memÂbangun kesadaran daripada harus mengancam memberi sanksi berat,†tandasnya.
(Agam Imad Haraki)