KELANGKAAN pangan dan daging serta memburuknya kualitas lingkungan hidup terus kita rasakan kini. Flu ayam marak lagi dinegeri kita. Daerah sentra produksi ayam geger dengan maraknya virus flu ayam ini. Setelah sekian tahun tak nampak lagi. Bersamaan dengan itu masalah kelangkaan daging akan muncul lagi pada negeri kita. Masalah kartel daging ayam bisa muncul lagi.

Oleh: Bahagia, SP., MSc. S3 IPB.
Peneliti, dan Dosen tetap Universitas Ibn Khaldun Bogor

Harga ayam dan telurpun akan naik bersama dengan masalah flu ayam itu. Buangan ko­toran ayam menghasilkan gas emisi kaca seperti CH4 pada saat terjadi pembusukan dan saat pencernaan. Kita pernah tahu, saat kotoran ayam diuraikan oleh hewan pengurai maka secara bersama menghasilkan gas emisi kaca diudara. Semakin banyak produksi ayam maka semakin banyak emisi yang kita hasilkan.

Sentra-sentra penghasil ter­nak dan unggas terdapat pada tiga propinsi besar tanah air. Terma­suk Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa tengah dan sumatra utara. Pusat produksi inilah yang harus dian­tisipasi oleh pemerintah dan dan masyarakat. Disamping Flu ayam maka ternak juga memproduksi gas emisi kaca yaitu CH4. Gas ini menyebabkan terjadinya peruba­han iklim. Menurut BPS (2015) Emisi CH4 dari unggas terbanyak yaitu di Jawa Barat. Tahun 2011 menghasilkan (11785,2 Ton Emisi CH4), 2012 (13 385,4 Ton Emisi CH4), 2013 (13898,0 Ton Emisi CH4), dan 2014 (15876 Ton Emisi CH4). Kedua, jawa timur meng­hasilkan Emisi CH4 tahun 2011 sekitar 2443,5 Ton Emisi CH4, (2012) 5111,7 ton emisi CH4, (2013) 4886,6 ton emisi CH4, (2014) 4956 ton emisi CH4.

Ketiga, produksi CH4 terban­yak yaitu didaerah Jawa Tengah. (2011) sekitar 2772,1 ton Emisi CH4, (2012) sekitar 3181,03 ton CH4, (2013) 447,43 juta ton CH4 dan (2014) 498,5 juta ton CH4. Sentra-sentra produksi ayam terbanyak di Indonesia meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Dan Jawa Barat. Ada sekitar 4,5 juta ton gas emisi kaca/CH4 atau 80 % dihasilkan dari ternak ung­gas (SLHD, jatim, 2010). Diper­kirakan, sebanyak 29% sumber emisi gas metana berasal dari fermentasi yang terjadi dalam sistem pencernaan hewan rumi­nansia seperti sapi, kerbau dan domba; 20% dari minyak dan gas; 10% dari pertanian; dan 40% sisanya dari sumber lain (Global Methane Initiative, 2010).

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Ada dua pokok masalah disini. Pertama, banyaknya unggas pada daerah tersebut sebagai pusat penyebaran virus Flu Ayama dan yang kedua meningkatnya gas emisi dari kotoran ternak itu. Emisi itu menyebabkan pemana­san global. Gas emisi itu akan ber­masalah terhadap pembangunan sebab suhu akan berubah. Teru­tama pembangunan pertanian. Naiknya suhu pada suhu tertentu menyebabkan matinya atau ti­dak berproduksinya tanaman yang ditanam. Meningkatnya gas Methane (CH4) juga berdampak terhadap kesegaran dan kebersi­han udara. Manusia akan sesak bernafas akibat banyaknya emisi ini. Dampak sosial, masyarakat akan kesulitan untuk dapat dag­ing dan bekemungkinan akan ada permainan harga ditingkat peda­gang untuk membuat harga dag­ing ayam mahal.

Selain itu, masyarakat bisa terkena penyakit ini jika tidak di­lakukan eradiksasi semenjak dini terhadap sentra-sentra pengha­sil ayam tersebut. Manusia yang terkena bisa yang dekat lokasi, pekerja, dan yang makan dag­ing ayam karena belum ketatnya pengawasan dari dinas perter­nakan dan kesehatan untuk mencegah penyebaran penyakit Flu Ayam. Untuk membuat he­wan ternak bebas dari penyakit seperti Flu burung, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Perta­ma, harusnya kita lebih fokus ke­pada mencegah agar Flu burung itu tidak ada sehingga kita tidak bergantung kepada vaksin-vaksin buatan luar negeri. Kemudian kita juga harusnya protektif ter­hadap hewan-hewan impor yang berkemungkinan masuk melalui Impor.

Kita harus terus menguran­gi itu, bisa jadi nanti akan ada penyakit baru ayam selain Flu ayam. Kedua, harus ada koor­dinasi antara kelompok tani ternak dengan pihak dinas pe­ternakan serta pertanian agar berkoordinasi untuk menjaga kebersihan kandang hewan. Pertama, zonasi kawasan ternak sebaiknya terpisah jauh dari lingkungan masyarakat. Hal ini untuk menghindari terjangkit­nya penyakit Flu Ayam dengan manusia serta bau-bau dari kan­dang ternak itu. Pemerintah ha­rus memikirkan kawasan ternak yang baik dalam suatu daerah sehingga setiap daerah mempu­nyai kawasan-kawasan didaerah masing-masing. Hal ini akan mempermudah untuk koordi­nasi dengan peternak untuk di­lakukan pengendalian.

BACA JUGA :  SAHUR OF THE ROAD RAWAN DENGAN TAWURAN PELAJAR

Termasuk juga untuk mengo­lah limbah kotoran ternak agar tidak menghasilkan gas emisi yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Zonasi ternak unggas harus ada, begitu juga dengan zonasi untuk ternak se­hingga mudah dalam pengolah­an limbah dan perubahan iklim. Ketiga, limbah ternak dimanfaat­kan dengan baik sehingga tidak menyisakan kotoran ternak yang kemudian dapat mencemari ling­kungan dan sumber gas emisi kaca. Pihak energi, dan dinas pe­ternakan harus mengoptimalkan pengembangan gas berasal dari kotoran ternak. Kotoran ternak itupun digunakan juga untuk pu­puk kandang sebagai pengganti pupuk pabrikan yang berkon­tribusi untuk menghasilkan gas emisi. Dengan pupuk kandang yang matang maka dapat memi­nimlakan emisi ke udara.

Keempat, kawasan ternak harus asri agar emisi yang ter­sisa dari ternak dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Seki­tar kandang ternak dan unggas harus ada kawasan alami sep­erti padang pengembalaan untuk ternak. Hal ini harus dilakukan agar setiap daerah mempunyai padang pengembalaan ternak. Lebih spesifik zonasi untuk ka­wasan ternak. Kelima, pemerin­tah harus memantau keberlan­jutan dari sanitasi lingkungan kandang. Jangan karena tidak ada lagi Flu burung kemudian aktivitas itu dihentikan. Padahal dengan buruknya lingkungan seperti perubahan iklim. Kemu­dian kandang menjadi banjir maka ayam sangat rentan ter­hadap berbagai jenis penyakit. Nampak tak dilakukan optimal sebab dengan kemunculan Flu Burung maka sama artinya sani­tasi kurang dijaga.

Untuk memberikan kes­adaran kepada peternak maka berikan pengetahuan tentang perubahan iklim dan kaitannya dengan kotoran ternak. Kelima, berikan pelatihan kepada peter­nak agar dapat mengolah kotoran ternak mereka yang kemudian menghasilkan gas. Keenam, In­tegrating pertanian dan peter­nakan. Pertanian dan ternak ha­rus menjadi saling melengkapi. Semua kotoran dapat ditampung dan dijadikan sebagai pupuk pertanian. Terakhir, jika daerah sentra sudah terjangkit Flu bu­rung maka cara yang efektif yaitu harus melakukan pemusnahan terhadap ayam-ayam yang berke­mungkinan terjangkit. (*)

============================================================
============================================================
============================================================