WASHINGTON TODAY – Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, su­dah membicarakan rencana untuk penarikan militer di Suriah. Pembi­caraan ini dilakukan setelah Putin memerintahkan pasukan udaranya untuk angkat kaki dari Suriah kare­na dianggap sudah merampungkan misi pada Selasa (15/3/2016).

“Mereka mendiskusikan pengu­muman Presiden Putin hari ini un­tuk menarik sebagian pasukan Rusia dari Suriah dan langkah selanjutnya yang diperlukan untuk menerap­kan gencatan senjata sepenuhnya,” demikian bunyi pernyataan resmi Gedung Putih, kemarin.

Putin sebenarnya sudah mengi­syaratkan untuk menarik pasukan militernya dari Suriah sejak Selasa lalu demi mendukung perundingan damai yang dimediasi oleh Perseri­katan Bangsa-Bangsa di Jenewa.

Kini, perundingan damai terse­but tengah berkutat pada pem­bicaraan nasib Bashar al-Assad selanjutnya, mundur atau tetap berkuasa. Rusia disebut tetap pada pendiriannya untuk mendukung Assad, sementara AS dan beberapa negara kunci Eropa menginginkan pemimpin Suriah tersebut lengser. “Transisi politik dibutuhkan untuk mengakhiri kekerasan di Suriah,” kata Obama.

Obama juga sudah menyinggung bahwa serangan udara yang mendu­kung pemerintahan Assad di Suriah dapat mengganggu gencatan sen­jata. Penghentian baku tembak itu disepakati agar tim bantuan dapat menjangkau warga sipil.

Rusia mengirimkan pasukan uda­ranya untuk menggempur ISIS demi mendukung Assad. Namun, banyak laporan menyebutkan bahwa seran­gan udara tersebut juga berdampak pada kelompok oposisi Suriah yang dilatih oleh AS, bahkan warga sipil.

AS dan Rusia memang satu visi mengenai penggempuran ISIS. Na­mun, AS tak sepakat dengan dukun­gan Rusia terhadap Assad. Menu­rut AS, Assad adalah dalang dari peperangan di Suriah. “Perlawanan dari pasukan rezim Suriah dapat berisiko pada gencatan senjata yang sudah disepakati dengan PBB,” ujar Obama.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zar­if, mengatakan bahwa permulaan pemulangan pasukan udara Rusia dari Suriah ini merupakan pertanda positif bagi gencatan senjata.

Berbicara di Canberra setelah bertemu dengan Menteri Luar Neg­eri Australia, Julie Bishop, Zarif menekankan pendirian Iran atas pentingnya gencatan senjata dan solusi politik di Suriah. “Fakta bahwa Rusia mengumumkan bahwa mer­eka akan memulangkan sebagian dari pasukannya mengindikasikan bahwa mereka tak melihat penting­nya [kehadiran] pasukan dalam gen­catan senjata. Ini merupakan per­tanda positif. Kini, kami hanya harus menunggu,” katanya.

Kementerian Pertahanan Rusia sendiri sudah mengumumkan bahwa rombongan pertama pesawat mer­eka sudah meninggalkan pangkalan udara Hmeymim di Latakia, Suriah.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================