Untitled-12KUNCI kebangkitan suatu wilayah atau etnis, terletak pada kemauan dan kemam­puannya menempa sumberdaya manusia. Karena manusia merupakan modal insan yang menggerakkan seluruh perubahan.

Bang Sem Haesy

PADA manusialah terdapat nilai in­telektualitas dengan kematangan spiritual dan emosional dalam se­tarikan nafas. Tapi, kata kuncinya adalah kreativitas untuk selalu melakukan inovasi atau invensi.

Secara umum nilai manusia terletak pada multidimensi yang melekat pada dirinya, yaitu sebagai manusia cerdas – intelektual, ma­nusia kreatif, yang mampu menga abdikan pengetahuan, pengala­man, dan kreativitasnya kepada masyarakat dan daerah di mana dia berdomisili.

Manusia yang mampu mem­berikan perlindungan kepada dirinya, keluarganya, dan ling­kungan sosialnya, sekaligus ber­tanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang damai dan berkeadilan.

Pada hakekatnya, manusia semacam itulah yang menjadi kata kunci dari manusia profesion­al di seluruh lapangan kehidu­pannya.

Pencapaian kejayaan Pa­jajaran dan Pakuan di era Prabu Siliwangi dan Prabu Surawisesa, ditandai oleh kon­sistensi para insan profesional di berbagai lapangan kehidu­pan menjadi insan berkualitas di bidangnya masing-masing.

BACA JUGA :  Resep Rendang Kentang untuk Menu Makan Bareng Keluarga Dijamin Bikin Nagih

Intelektual konsisten den­gan dunia ‘atas realita’ yang menyebabkan mereka mum­puni sebagai begawan, maka segala pemikiran dan pandan­gannya akan membawa ke arah perbaikan hidup insan men­uju ke kondisi masyarakat se­jahtera. Demikian pula halnya bila birokrat konsisten dengan profesionalitasnya sebagau birokrat.(Kitu keh, sang pan­dita pageuh di kapanditaan(a)na. kreta; sang wiku pageuh di kawikuan(a)na)

Pun demikian halnya den­gan musisi, arsitek, petani, dan seluruh profesional di seluruh aspek kehidupan konsisten dan konsekuen menjalankan fungsi dan tang­gungjawabnya kepada rakyat dan masyarakat. Tak terke­cuali pemimpin. Bila kon­sisten, maka kesejahteraan tersebar di seluruh penjuru angin.(kreta; sang manguyu pageuh di kamanguyuan(a)na, kreta; sang paliken pageuh di (ka)paliken(a)na. kreta; sang tetega pageuh di katetegaan(a)na. kreta; sang ameng pa­geuh di kaamengan(a)na. kreta; sang wasi pageuh di kawasian(a)na, kreta; sang ebon pageuh di kaebon(a)na. kreta; maka nguni sang walka pageuh di kawalkaan(a)na. kreta; sang wong tani pageuh di katanian(a)na. kreta; sang euwah pageuh di kaeuwahan(a)na. kreta; Sang gusti pageuh di kagustian(a)na. kreta: sang mantri pa­geuh dikamantrian(a)na. kreta; sang masang pageuh di kamasangan(a)na. kreta; sang bujangga pageuh di kabujanggaan(a)na. kreta. sang tarahan pageuh di katarahan(a)na. kreta; sang disi pageuh di kadisian(a)na, kre’ta; sang prebu pageuh di kaprebuan(a)na, kreta).

Kegunaan manusia di atas mukabumi, mewujud ketika manusia mampu melaksana­kan sad guna (enam keman­faatan). Yaitu: ngangka, nyigi, ngiket, nyigong, ngaruang, dan ngarombo.

BACA JUGA :  Sinergi Jaga Ketahanan Pangan, Sekda Kabupaten Bogor Hadiri Rakor Bersama Sekda Se-Jawa Barat 

Ngangka, artinya mempu­nyai rencana dan deskripsi tentang tujuan hidupnya,Nyigi – memiliki rangkaian tahapan kerja untuk mewujudkan pen­capaian secara periodik.

Ngiket, mempunyai ke­jelasan profesi atau bidang keahlian yang mengikat di­rinya dalam tugas dan fungsi pokoknya. Nyigong mempun­yai cara meluruskan seluruh langkah pelaksanaan rencana dengan melakukan penelitian intensif, membedah dan ke­mudian melaksanakannya.

Ngaruang, mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas. Ngarombong, mengetahui batas-batas ke­wenangan dan otoritas sesuai tugas dan tanggungjawabnya.

Sad guna, merupakan enam-pilar pencapaian ke­jayaan secara serempak dan serentak, di bawah koordinasi pemimpin. Pemimpin pula yang menggerakkan sinergi, sehingga terwujud apa yang dicitakan bersama.

============================================================
============================================================
============================================================