KUNCI kebangkitan suatu wilayah atau etnis, terletak pada kemauan dan kemamÂpuannya menempa sumberdaya manusia. Karena manusia merupakan modal insan yang menggerakkan seluruh perubahan.
Bang Sem Haesy
PADA manusialah terdapat nilai inÂtelektualitas dengan kematangan spiritual dan emosional dalam seÂtarikan nafas. Tapi, kata kuncinya adalah kreativitas untuk selalu melakukan inovasi atau invensi.
Secara umum nilai manusia terletak pada multidimensi yang melekat pada dirinya, yaitu sebagai manusia cerdas – intelektual, maÂnusia kreatif, yang mampu menga abdikan pengetahuan, pengalaÂman, dan kreativitasnya kepada masyarakat dan daerah di mana dia berdomisili.
Manusia yang mampu memÂberikan perlindungan kepada dirinya, keluarganya, dan lingÂkungan sosialnya, sekaligus berÂtanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang damai dan berkeadilan.
Pada hakekatnya, manusia semacam itulah yang menjadi kata kunci dari manusia profesionÂal di seluruh lapangan kehiduÂpannya.
Pencapaian kejayaan PaÂjajaran dan Pakuan di era Prabu Siliwangi dan Prabu Surawisesa, ditandai oleh konÂsistensi para insan profesional di berbagai lapangan kehiduÂpan menjadi insan berkualitas di bidangnya masing-masing.
Intelektual konsisten denÂgan dunia ‘atas realita’ yang menyebabkan mereka mumÂpuni sebagai begawan, maka segala pemikiran dan pandanÂgannya akan membawa ke arah perbaikan hidup insan menÂuju ke kondisi masyarakat seÂjahtera. Demikian pula halnya bila birokrat konsisten dengan profesionalitasnya sebagau birokrat.(Kitu keh, sang panÂdita pageuh di kapanditaan(a)na. kreta; sang wiku pageuh di kawikuan(a)na)
Pun demikian halnya denÂgan musisi, arsitek, petani, dan seluruh profesional di seluruh aspek kehidupan konsisten dan konsekuen menjalankan fungsi dan tangÂgungjawabnya kepada rakyat dan masyarakat. Tak terkeÂcuali pemimpin. Bila konÂsisten, maka kesejahteraan tersebar di seluruh penjuru angin.(kreta; sang manguyu pageuh di kamanguyuan(a)na, kreta; sang paliken pageuh di (ka)paliken(a)na. kreta; sang tetega pageuh di katetegaan(a)na. kreta; sang ameng paÂgeuh di kaamengan(a)na. kreta; sang wasi pageuh di kawasian(a)na, kreta; sang ebon pageuh di kaebon(a)na. kreta; maka nguni sang walka pageuh di kawalkaan(a)na. kreta; sang wong tani pageuh di katanian(a)na. kreta; sang euwah pageuh di kaeuwahan(a)na. kreta; Sang gusti pageuh di kagustian(a)na. kreta: sang mantri paÂgeuh dikamantrian(a)na. kreta; sang masang pageuh di kamasangan(a)na. kreta; sang bujangga pageuh di kabujanggaan(a)na. kreta. sang tarahan pageuh di katarahan(a)na. kreta; sang disi pageuh di kadisian(a)na, kre’ta; sang prebu pageuh di kaprebuan(a)na, kreta).
Kegunaan manusia di atas mukabumi, mewujud ketika manusia mampu melaksanaÂkan sad guna (enam kemanÂfaatan). Yaitu: ngangka, nyigi, ngiket, nyigong, ngaruang, dan ngarombo.
Ngangka, artinya mempuÂnyai rencana dan deskripsi tentang tujuan hidupnya,Nyigi – memiliki rangkaian tahapan kerja untuk mewujudkan penÂcapaian secara periodik.
Ngiket, mempunyai keÂjelasan profesi atau bidang keahlian yang mengikat diÂrinya dalam tugas dan fungsi pokoknya. Nyigong mempunÂyai cara meluruskan seluruh langkah pelaksanaan rencana dengan melakukan penelitian intensif, membedah dan keÂmudian melaksanakannya.
Ngaruang, mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas. Ngarombong, mengetahui batas-batas keÂwenangan dan otoritas sesuai tugas dan tanggungjawabnya.
Sad guna, merupakan enam-pilar pencapaian keÂjayaan secara serempak dan serentak, di bawah koordinasi pemimpin. Pemimpin pula yang menggerakkan sinergi, sehingga terwujud apa yang dicitakan bersama.