Untitled-5Mengapa dalam sepekan belakan­gan ini banyak ibu-ibu yang menangis hanya karena cabe merah? Mengapa rasa daging ren­dang tidak sama seperti biasa? Dan mengapa sambal balado tiba-tiba menghilang di kedai masakan Padang?

Nia S. Amira
[email protected]

Jawabannya ada di pasar tradisional, Nanang (35) pemilik kios sayuran di pasar Depok Lama membenarkan saat dikonfirma­si harga si seksi berwarna merah ini melam­bung hingga 70.000 Rupiah per kilo untuk jenis cabe merah keriting selama sepekan ini. “Cabe setan (Capsicum Frutescens) bah­kan menembus angka 90.000 Rupiah per kilo di pasar Depok Lama pada saat Gerhana Matahari Total (Rabu, 8 Maret 2016) ,” tam­bah Nanang yang sudah berjualan selama 15 tahun. Laki-laki asal Sukabumi yang dahulu adalah seorang petani itu bisa menjual hing­ga 20 kilo cabe merah keriting dalam 1 hari. Harga cabe merah melambung karena curah hujan yang masih tinggi di pusat-pusat perta­nian di beberapa daerah.

Faktor lainnya adalah gangguan dari “ba­jing loncat” yang kerap membajak truk-truk yang memuat komoditas pertanian dari Jawa ke Sumatra atau sebaliknya.

Orang Indonesia adalah masyarakat yang paling banyak mengkonsumsi cabe merah di Asia, bahkan mungkin di dunia. Sudah men­jadi budaya orang Indonesia, makan makan­an lokal tanpa cabe bagaikan minum obat saja, tidak asa rasa. Bahkan orang Indone­sia selalu membawa sambal instan kemasan atau sambal botol jika pergi ke luar negeri.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kabupaten Bogor, Kamis 28 Maret 2024

Memberi saos sambal yang banyak di mangkuk baso adalah keharusan bagi para remaja. Saat membuat nasi goreng, kita me­merlukan sambal cabe sebagai penambah rasa, memberi warna pada nasi, serta mem­berikan godaan bagi orang lain yang melihat­nya.

Cabe atau Capsicum Annuum merupak­an tanaman semak liar dari keluarga terong-terongan (Solanaceae), ditemukan pertama kali di hutan Bolivia, Amerika Selatan. Dari sanalah buah lancip berwarna merah ini me­nyebar hingga ke dapur Suku Inca di Peru, Suku Maya di semenanjung Yucatan, Ameri­ka Tengah, dan Suku Aztec di Mexico yang sejak 2500 sebelum masehi menggunakan cabe sebagai penyedap dalam masakan mer­eka.

Christopher Columbus membawa benih-benih cabe ke Spanyol saat ia kembali dari pertualangannya menemukan benua Ameri­ka. Ferdinand Magelhaens, pelaut Portugis adalah orang pertama yang membawa cabe ke Indonesia. Ia melabuhkan kapalnya di kepulauan Maluku tahun 1519 setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 24 Agustus 1511, dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque.

BACA JUGA :  DPRD Kabupaten Bogor Minta Pengembang Metland segera Serahkan PSU Ke Pemda

Sebagai negara pertanian, Indonesia memilki sumber alam yang banyak dan merupakan negara di Asia Tenggara yang berpengalaman sebagai penghasil berbagai komoditas pertanian. Masyarakat Indonesia mempunyai lebih banyak cara untuk men­gatasi permasalahan klasik dalam distribusi cabe dengan cara yang bijaksana sehingga memberikan keuntungan bagi semua pihak; baik petani, pedagang besar, serta konsumen yang kebanyakan adalah ibu-ibu rumah tang­ga yang hanya memiliki uang terbatas untuk berbelanja dari suami mereka.

Para pemangku jabatan seyogyanya duduk bersama untuk menciptakan cara yang lebih efisien dan kreatif dalam menga­tasi lalu lintas semua komoditas, mulai dari waktu penanaman hingga masa panen yang semuanya terhubung dalam satu data base antar wilayah dan antar pulau.

Jika hal tersebut dilakukan, para remaja tidak akan berteriak lagi dan bertanya kepa­da ibu mereka men­gapa tidak ada sambal di atas meja.

Para ped­agang juga tidak akan pelit mem­beri cabe segar mer­eka kepada pembeli gorengan yang biasa mengunyah cabe segar seb­agai stimulasi dan sensasi pada cemilan yang mereka makan.

============================================================
============================================================
============================================================