Untitled-14KARENA diri kita adalah jambangan yang selalu perlu mem­peroleh air jernih kehidupan, maka pada tahapan tertentu, diri kita akan dapat menjadi cermin kehidupan sosial. Bagaimana kuali­tas dan keadaan suatu masyara­kat dan bangsa, dapat dilihat dari bagaimana kuali­tas diri pribadi manusianya.

Bang Sem Haesy

AIR yang jernih itu adalah budi baik, akhlak, akalbudi yang memberi nilai atas keseluruhan konteks kehidupan sosial. Ke­semua itu ditamsilkan dengan indah : Jam­bangan ma ngara(n)na pamuruyan. Kang­ken cai hening ma hedap urang kreha.

Padu padan jambangan sebagai in­san dan air jernih sebagai akal budi, akan bertemu pada cara pandang positif. Pedoman hidup masyarakat Pakuan Pajajaran di masa lalu, berhasil men­capai kejayaannya, karena mampu membangun pola pikir positif, yang di era kini dan mendatang kita sebut sebagai cara pandang positif (posi­tive think), baik sangka, obyektif, dan kritis (juga konstruktif) dalam memandang banyak hal yang ter­percik dari fenomena kehidupan (Ya mana kitu, mana na waas, teger rame a(m)bek).

Masyarakat yang semacam ini, ketika berhimpun menjadi warga masyarakat, baik kota – kabupaten – provinsi dan negara, maka akan tumbuh berkembanglah masyara­kat – negara – bangsa yang juga positif. Termasuk visioner (mem­punyai pandangan jauh ke depan) dalam bergerak mencapai sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi di masa depan.

BACA JUGA :  Delman di Bantul Terperosok ke Parit 3 Meter, Diduga Kuda Tak Bisa Dikendalikan

Di dalam suatu daerah (se­butlah kota dan kabupaten) harus terdapat banyak hal, termasuk nilai kebaikan dan kebajikan yang terla­hir dari akal budi, sehingga ketika dikunjungi, banyak orang akan me­nimba kebaikan dan kebajikan dari­padanya. Bila suatu daerah, kosong – tanpa nilai kebaikan dan kebaji­kan – sulit bagi manusia lain mem­peroleh nilai kebaikan daripadanya. Tak ada yang bisa diteladani.

Hal ini secara eksplisit tersurat dalam pedoman : Desa ma nga­ranya dayeuh. Na dayeuh, lamun kosong, hanetu turutaneunana. Kitu na sabda, lamun hamo kaeu­si carut ngara(n)na. Hengan lamun kaeusian ma na kahanan, eta keh na turutaneun.

Untuk mengetahui suatu dae­rah mempunyai nilai kebaikan dan kebajikan, dalam konteks pedoman hidup yang berlaku ketika Pakuan berjaya di masa lalu, adalah kuali­tas dan model komunikasi yang berkembang di tengah masyara­katnya. Komunikasi yang dilan­dasi oleh tatakrama, memberikan nilai kearifan dan mengekspresi­kan kebajikan, dari situ manusia mendapatkan keteladanan.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, Kamis 28 Maret 2024

Bila para pemimpin, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan semua kalangan di suatu daerah mencerminkan komunikasi yang baik, ditandai dengan penggunaan kata-kata yang sopan dan baik, maka banyak hal yang boleh ditiru, dicontoh, diteladani. Khasnya per­kataan benar yang mencerminkan perbuatan. Atau perbuatan yang dilaksanakan sebagai perwujudan dari perkataan para pemimpinnya. Kitu keh na sabda. Mana kaeu­sian, mana dipajar bener laksana (Demikianlah semua perkataan, dikatakan berisi, bila benar-benar terbukti – dalam perbuatan).

Dalam keseluruhan konteks kini dan mendatang, apa yang telah berlaku di masa kejayaan Pakuan Pajajaran, itu bisa kita petik pelaja­rannya. Yaitu, setiap pemimpin tak boleh lengah untuk selalu mendi­dik rakyatnya. Cara terbaik dalam mendidik rakyat adalah memberi­kan teladan. Hal itu antara lain di­tandai dengan satunya kata dengan perbuatan.

============================================================
============================================================
============================================================