BUENOS AIRESÂ – Mari lupakan sejenak perseteruan antara Jorge Lorenzo denÂgan Movistar Yamaha, yang mempriÂoritaskan Valentino Rossi. Ya, sesuatu yang lebih seru bakal tersaji di Sirkuit Atodromo Termas de Rio Hondo, MinÂggu (3/4/2016).
Di sirkuit ini, Valentino Rossi datang sebagai juara bertahan. Andrea DovizioÂso (Ducati) dan Cal Crutchlow (LCR Honda) melengkapi podium dengan fiÂnis di urutan kedua dan ketiga pada GP Argentina 2015.
Tahun ini merupakan kali ketiga AuÂtodromo Termas de Rio Hondo menjadi tuan rumah MotoGP. Dari dua penyÂelenggaraan sebelumnya, pole position selalu menjadi milik rider Repsol HonÂda. Marc Marquez.
Pebalap berjuluk Little Alien terseÂbut keluar sebagai juara pada 2014, tetapi gagal finis pada tahun berikutnya karena terjatuh usai bersenggolan denÂgan Rossi ketika balapan tinggal menyÂisakan dua putaran.
Senggolan itulah yang menjadi awal perseteruan kedua pebalap sebelum puncaknya terjadi di GP Sepang 2015 lalu. Di Malaysia, The Doctor ditudÂing menendang motor Marquez hingga membuatnya gagal finis dan Rossi keÂhilangan gelar juara dunia.
Pada MotoGP 2015, GP Argentina merupakan seri ketiga dari total 18 seri yang digelar. Namun, pada tahun ini, para pebalap turun di Autodromo TerÂmas de Rio Hondo untuk menjalani seri kedua MotoGP 2016.
Namun Marquez mengaku telah meÂlupakan tragedi di GP Argentina tahun lalu. “Saya sudah mengatakan setelah balapan tahun lalu bahwa saya melakuÂkan kesalahan dalam memilih ban, yang ketika itu merupakan pilihan terÂbaik,” kata Marquez dalam konferensi pers jelang GP Argentina 2016, Kamis (31/3/2016).
Start dari pole position, Marquez memimpin hampir sepanjang balapan. Rossi yang start dari posisi ke-8 mampu merangsek hingga ke urutan kedua ketiÂka balapan tersisa 15 putaran. Pada tiga lap terakhir, dia sudah menempel MarÂquez dengan jarak di bawah satu detik.
Balapan tersisa dua lap ketika inÂsiden terjadi. Kedua pebalap bersengÂgolan dan Marquez terjatuh. “Ketika itu balapan tersisa dua putaran dan saya mencoba bersaing dengan Rossi, tetapi dia jauh lebih cepat. Saya tahu telah melakukan kesalahan dan itu adalah inÂsiden balapan,” kata Marquez.
Sementara Rossi turun dengan ban belakang extra hard. Dia sempat berÂsenggolan dengan Andrea Iannone (Ducati) di tikungan pertama. Setelah mendapatkan kecepatan yang bagus, dia mulai melewati satu per satu pebalÂap di depannya.
“Ketika itu Marquez berada jauh di depan, jadi sulit untuk mengejarnya. Namun, kondisi saya bagus dan motor bekerja dengan sangat baik, jadi saya mulai bisa mendekat dan bersaing unÂtuk memimpin balapan pada dua lap terakhir,” kata Rossi.
“Sayangnya, kami bersenggolan dua kali. Pada senggolan kedua, Marc terÂjatuh. Apakah kejadian itu mengubah (hubungan kami)? Sejujurnya, saya tiÂdak tahu,” ujarnya menambahkan.
Penampilan Rossi di awal musim ini memang beda dengan musim lalu. Di Qatar, Rossi tak bisa menunjukkan perÂforma terbaiknya setelah terseok-seok di posisi keempat.
“Saya punya kenangan indah di sini (Argentina). Tahun lalu merupakan balapan yang bagus. Rasanya tahun ini akan sulit, tapi saya akan berusaha,” paÂpar Rossi dilansir GPUpdate.
Mengomentari penampilannya di Qatar, Rossi mengaku tidak menyesal dengan aksinya. “Di Qatar saya tidak bisa meraih podium. Namun itu balaÂpan yang baik. Kami bekerja dengan baik sepanjang akhir pekan.”
“Di Argentina ini, kami harus melakukan yang sama. Kami harus lebih baik dan mencoba untuk naik podium,” pungkas Rossi.
Persaingan antara Rossi dan MarÂquez kembali terjadi pada GP Belanda di Sirkuit Assen, yang merupakan seri kedelapan. Keduanya bersenggolan dan Rossi melebar keluar lintasan, memoÂtong tikungan zig-zag (chicane) terakhir dan menyentuh finis lebih dulu.
Puncak perselisihan keduanya terÂjadi pada balapan GP Malaysia di Sirkuit Sepang, Oktober, yang merupakan seri kedua terakhir. Kali ini, senggolan anÂtara keduanya kembali berakhir dengan jatuhnya Marquez.
Argentina Lebih Sulit
Sementara Jorge Lorenzo, tidak mau jemawa dengan kemenangan yang diraihnya di seri perdana MotoGP 2016 dua pekan lalu di Qatar. Sebab Lorenzo menilai Argentina akan berjalan lebih sulit.
Dengan di Sirkuit Internasional LoÂsail, pembalap berusia 28 tahun itu engÂgan terus-menerus mengingatnya kareÂna menurutnya yang terpenting saat ini adalah persiapan untuk GP Argetina.
“Kami memang menang dan tidak ada permulaan yang lebih baik lagi dari yang sudah kami lakukan di Qatar. Tapi, sekarang kami sudah harus membalap di trek yang memiliki layout dan aspal yang sangat berbeda,†kata Lorenzo, seperti dimuat Speedweek, Jumat (1/4/2016).
Menurut X-Fuera, para pembalap diberi kemudahan karena sudah bisa mencoba sirkuit sejak tes pramusim di Qatar. Hal itu membuat semua rider bisa mengenal kondisi sirkuit dengan lebih baik dan dalam waktu yang lebih lama.
“Banyaknya waktu yang kami miliki di sana, tidak kami miliki di sini. Di sini, kami butuh untuk lebih cepat untuk meÂmahami apa saja yang kami butuhkan untuk mengombinasikan elektronik, ban dan setting motor,†jelas juara duÂnia tiga kali MotoGP itu.
(Rishad/Net)