REKTOR Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Komisaris PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII), Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan sinyal dukungan untuk pengembangan Buah Nasional.
Oleh: Yane ardian Racman
RA Kartini adalah salah satu pahlawan perempuan yang Saya kagumi. Pada saat masih belia, Kartini adalah anak yang sangat patuh terhadap orangtuanya. Sejak usia 12 tahun Kartini sudah dipingit. Dalam keterbatasan ruang gerak, ia tetap berusaha untuk tetap produktif. Membaca buku adalah cara Kartini menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kartini belajar bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk dibagikan kepada kaumnya.
Dari seorang Kartini lah Saya belajar bahwa ilmu pengetahuan adalah sumber kehidupan. DenÂgan ilmu pengetahuan kita tahu mana yang harus diperjuangkan dan makna yang harus ditinggalkan. Beliau memperjuangkan hak-hak perempuan untuk sama-sama membangun negeri ini bersama kaum pria. Beliau berani meninggalkan cara komunis mendokÂtrin perempuan untuk diam di rumah tidak diberi kesempatan untuk menamÂbah wawasan dan hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kartini terus berjuang melakukan pergerakan-pergerakan unÂtuk menunjukkan perempuan IndoneÂsia memiliki kapasitas yang sama denÂgan laki-laki, sampai lahirnya gerakan yang bernama Gerakan Emansipasi.
Gerakan Emansipasi tersebut adalah sebuah cara Kartini untuk ‘mengeluarkan’ perempuan dari rumah. Boleh menginjakkan kaki di sekolah, boleh mencari banyak ilmu pengetahuan dengan melakukan diskusi dengan masyarakat luas dan bahkan boleh berkerja. Itulah perjuanÂgan Kartini sehingga sampai sekarang perempuan memiliki porsi yang sama untuk membangun negeri ini dengan dasar pendidikan. Kartini luar biasa dan sangat inspiratif. Kartini berhasil melahirkan perempuan-perempuan cerdas dan menjadikan perempuan-perempuan tersebut Ibu yang hebat bagi putra-putrinya, Ibu yang memiÂliki tingkat edukasi yang baik sehingga dapat mendidik putra-putrinya denÂgan cara yang baik.
Jaman terus bergerak, dan samÂpailah kita di tahun 2016 ini. Dimana menurut Saya, banyak perempuan yang mengatasnamakan emansipasi agar bisa terus berkarya di luar rumah sehingga abai dengan peran utama seÂbagai seorang Ibu yaitu menjadi benÂteng dalam keluarga. Kesibukan Ibu di luar rumah membuat banyaknya perÂsoalan mental keluarga yang tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai yang seharusÂnya. Keluarga yang seharusnya menjadi unit terkecil dalam masyarakat menjadi unit darurat dalam masyarakat.
Fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat seperti tingkat keÂkerasan pada anak, tawuran, korupsi, narkoba sampai trafficking terus memÂbuat Kita resah. Fenomena ini sangat mengkhawatirkan. Fenomena ini mengÂingatkan Saya pada pernyataan Thomas Lincoln bahwa kemunduran bangsa akiÂbat rendahnya kualitas keluarga.
Rendahnya kualitas keluarga ini disebabkan karena tidak optimalnya peran dan fungsi keluarga, dimana fungsi keluarga seharusnya memiliki fungsi agama, fungsi sosial dan budaÂya, fungsi cinta kasih, fungsi kesehatan dan reproduksi, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungÂsi ekonomi, dan fungsi lingkungan.
Inilah yang disebut pergeseran jaÂman. Beda jaman, beda pula tantanÂgannya. Jaman Kartini dulu bagaimana berjuang ‘mengeluarkan’ perempuan dari rumah. Jaman sekarang BagaimaÂna ‘memasukkan’ kembali perempuan ke dalam rumah. Memasukkan di sini bukan secara fisik perempuan tidak boleh bekerja atau berkarya di luar rumah melainkan bagaimana setiap perempuan (yang sudah menjadi Ibu) memiliki kepedulian yang tinggi untuk menjaga keluarganya dari berbagai anÂcaman jaman. Setiap Ibu harus memiÂliki kemampuan dan kekuatan menjadi benteng dalam keluarga.
Saya Yane Bima Arya, Ketua TP PKK Kota Bogor mengajak seluruh perempuan (Ibu) untuk bersama-sama membangun kota Bogor dengan meÂningkatkan Ketahanan Keluarga.
Mari sama-sama menjadi Kartini jaman sekarang, Pahlawan Ketahanan Keluarga.
Terima kasih.
10 TANDA KEMUNDURAN BANGSAÂ AKIBAT RENDAHNYA KUALITAS KELUARGA: