BOGOR TODAY – PemerÂintah Kota (Pemkot) Bogor mencatat angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) setiap tahunnya di Kota Bogor terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Hal tersebut dikarenakan masih tingginya faktor penyakit dan faktor usia pada ibu hamil.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengatakan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota BoÂgor AKI di tahun 2014, terÂcatat sejumlah enam kasus dan naik jumlahnya menjadi 21 di tahun 2015. Begitu juga dengan AKB, semula tercatat sebanyak 55 kasus di tahun 2014, kemudian naik menjadi 65 kasus di tahun 2015.
“Artinya, tren ini naik terÂus dalam dua-tiga tahun teraÂkhir. Memang seperti sudah disampaikan Kepala Dinkes, ada beberapa hal yang menÂjadi penyebab tingginya AKI dan AKB ini,†tuturnya.
Bima menambahkan, seÂlain faktor penyakit dan kendÂala dalam proses persalinan, yang turut menjadi penyeÂbab tingginya AKI dan AKB ini karena 4T dan Terlambat yaitu, terlalu sering melahirÂkan, terlalu tua usianya saat hamil atau melahirkan, terÂlalu muda usia saat kehamiÂlan, dan terlalu rapat jarak kehamilan serta terlambat saat mendeteksi kehamilan dan terlambat mencari atau mendapatkan fasilitas kesÂehatan.
“Jadi memang banyak hal yang harus terus disampaiÂkan kepada warga, khususnya mengenai 4T dan Terlambat ini. Karena memang persoalan kehamilan ini adalah persoaÂlan yang harus menjadi perhaÂtian dan komitmen bersama,†ungkap Bima.
Untuk itu, Pemkot BoÂgor akan melakukan penÂdeteksian lebih dini kepada ibu-ibu hamil dan lakukan sosialiasasi ke masyarakat tentang 4T dan Terlambat dan lakukan koordinasi dengan dengan dinas terÂkait untuk menekan AKI dan AKB di Kota Bogor
“Selain sosialisasi, kita juga terus koordinasi denÂgan Disdukcapil, DinsosÂnakertrans, BPMKB, Dinkes termasuk para Camat, LuÂrah, dan kader PKK untuk melakukan pendeteksian ibu-ibu hamil,†pungkasnya.
(Abdul Kadir Basalamah)