Untitled-8BERTUJUAN melestarikan kebudayaan khsa Sunda, Bogor Women’s Club untuk pertama kalinya memamerkan kebisaan mereka dalam memainkan degung. Kebisaan permainan alat seni Sunda itu disaksikan perdana pada Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA), di Hotel 101, Jalan Surya Kancana, Kota Bogor, beberapa waktu lalu.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Nuansa Sunda tempo dulu langsung terasa di Djoeragan Resto The 101 manakala satu per satu alat musik dimainkan oleh pada anggota BWC, hingga men­jadi suatu harmoni yang menyejukan hati dan melodi yang indah.

Alunan lagu yang mereka bawakan pun sontak menyihir tamu ASITA yang hadir hari itu, bahkan Kepala Dinas Pariwisata (Disbudpar) Kota Bogor, Ket­ua ASITA Jawa Barat serta Ketua ASITA Cabang Bogor turut melenggak leng­gokan pinggulnya karena larut dengan hiburan yang disuguhkan BWC ini.

Ketua Grup Degung Seni Sunda BWC, Sri Ayu mengaku pertunjukan ini adalah pertama kalinya mereka tampil ke hadapan publik. “Ini adalah pertama kali kami tampil di depan umum, tidak banyak persiapan yang kami lakukan, hanya melakukan latihan tiga kali saja,” tutur Ayu.

Jumlah anggota, lanjut Ayu, yang bermain dalam pertunjukan perdana mereka ada sebanyak sembilan wanita berbalut Kain Batik Handayani selaku sponsor degung BWC ini, dengan mem­bawakan sekitar enam lagu khas Sunda yang ditampilkan dalam pertunjukan mereka. “Pemain degungnya delapan, sindennya dua,” kata Ayu.

Para anggota yang memainkan degung sendiri adalah mereka yang mencintai seni Sunda. Oleh karena itu, pihaknya bukan sekedar mengumpul­kan para kader yang bisa bermain alat musik tradisinal saja, melainkan mer­eka yang mecintai kesenian.

“Kalau orang yang sudah bisa me­mainkan alat musik namun tidak me­miliki niat untuk belajar akan kalah dengan orang yang belum bisa namun memiliki niat besar untuk belajar. Jadi kami merekrut anggota yang memang memiliki keinginan untuk bisa bermain degung dan serius,” urai Ayu.

Selain itu, sambung Ayu, rasa ke­cintaan setiap orang akan kesenian juga menjadi modal besar dalam mem­pelajari kemampuan berseni disini. Sehingga tidak ada kesulitan yang be­rarti dalam menggabungkan simphoni kekompakan mereka. “Kesulitan kami hanya mencocokan waktu saja, selebi­hnya tidak ada kesulitas teknis apapun, semua lancar-lancar saja,” tutur wanita berdarah Pasundan ini.

Ayu berharap, kedepannya degung ini akan dapat dipatenkan oleh mereka sehingga dapat terus melakukan per­tunjukan dari satu tempat ke tempat yang lain. “Di Bogor ini kan banyak ho­tel, rencananya kami akan road to hotel Bogor untuk melakukan pertunjukan. Bukan hanya sekedar menghibur dan belajar saja, kami harap ini juga dapat melestarikan kebudayaan tanah Sunda milik kita ini,” pungkasnya.

============================================================
============================================================
============================================================