Bambang Sudarsono
PUBLIUS Flavius VegeÂtius Renatus, penulis militer bangsa RoÂmawi, pernah mengaÂtakan, “Si vis Pacem Para Bellum. Siapa inÂgin damai harus siap untuk berperang. JaÂgat ini banyak mengajarkan dikotomi tenÂtang berbagai hal. Siang malam, panas dingin, perang damai. Dua hal bertentangan yang tidak bisa dipisahkan. Bagaimana kita dapat memahami esensi damai jika tanpa ada perang. Keduanya saling meneguhkan dan menjadikan salah satu diataranya “adaâ€.
Dalam banyak pengalaman hidup, prinsip di atas menjadikan orang terbuka benaknya. Bahwa saat berada di zone nyÂaman “damaiâ€, tenteram dan tanpa geÂjolak, di balik itu selalu terdapat wilayah yang merongrong kenyamanan. Saat orang menikmati gaya hidup hedonis yang serba nikmat, jangan lupa bahwa puncak kenikmaÂtan itu akan terasa nikmat jika sebelumnya mengalami puncak kepahitan. Banyak orang menjalani gaya hidup mewah serasa tanpa batas demi melupakan masa lalunya yang penuh duka.
Pujangga Jawa, Ronggowarsito berkata, “Sebesar apapun untungnya orang yang lupa, masih lebih untung orang yang sadar dan waspada.â€
Bagi Halaman