18249TINGGINYA peningkatan PDB dan pertumbuhan kredit konsumen di Indonesia menjadi celah untuk meningkatnya penipuan kredit

Oleh : Winda Herviana
[email protected]

Dalam laporan dari Ex­perian Asia Pacific, perusahaan jasa infor­masi, berjudul The Eco­nomics of Fraud: Mitigating Risk Amidst Fast Growth and Innova­tion disebutkan bahwa dalam skala 1-5 (5 adalah keadaan ter­parah) Indonesia merupakan neg­ara tersibuk di Asia Pasifi (den­gan skala 4.6) dalam menangani penipuan dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Aus­tralia (skala 3) dan Selandia Baru (skala 3.1).

“Pasar-pasar yang bertumbuh cepat seperti Indonesia memi­liki risiko tinggi dalam penipuan aplikasi kredit (86 persen),” ujar laporan tersebut seperti dikutip Selasa (24/5/2016).

BACA JUGA :  Ketua DPRD Kota Bogor Ucapkan Terimakasih Kepada Bima dan Dedie di Acara Pisah Sambut

Sekitar 86 persen perusahaan-perusahaan jasa keuangan Indone­sia setuju bahwa penipuan aplikasi kredit bertumbuh dengan cepat.

Sementara itu, berdasarkan laporan yang sama, 2 Checkout, sebuah perusahaan yang menga­wasi penipuan dalam transaksi online menempatkan Indonesia dalam posisi terendah di indeks dunia dengan angka yang terpaut cukup jauh untuk kasus penipuan transaksi online.

“Dengan adopsi cepat akan perdagangan elektronik dan m o b i l e , negara-neg­ara dengan perkemban­gan cepat seka­rang menghada­pi risiko serangan penipuan dalam jumlah dan jenis yang semakin banyak,” kata Jeff Price, Managing Director of South East Asia, Experian.

BACA JUGA :  Dijamin Nambah Napsu Makan, Ini Dia Resep Sambal Cumi Asin dan Petai yang Lezat dan Sedap

Dia juga mengatakan meski­pun banyak perusahaan terke­muka sudah memiliki langkah-langkah pencegahan penipuan, langkah-langkah tersebut harus lebih diperkuat. seiring mening­katnya kecanggihan penipuan.

Tanggung jawab perusahaan adalah untuk melakukan evaluasi ulang, menemukan ulang dan menginovasikan langkah-langkah pencegahan pe­nipuan Laporan ini juga men­g u n g k a p k a n bahwa 59 pers­en perusahaan di Asia Pasifik mengantisipasi peningkatan pe­nipuan dalam lima tahun mendatang dan lebih dari setengah perusahaan yang disurvei (51 persen) mengindikasikan bahwa mereka menghabiskan lebih ban­yak waktu dan investasi untuk mencegah penipuan.

(net)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================