Untitled-14BOGOR, TODAY — Mantan Jaksa Agung ( Jagung) di era Presiden BJ Habibie, Letjen TNI Purn H. Andi Muhammad Ghalib, menghembuskan na­fas terakhirnya di RS Medis­tra, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (9/5/2016). Almarhum saat ini juga masih tercatat merupakan anggota Komisi I DPR dari Fraksi PPP.

“Pak Andi meninggal pukul 06:00 WIB. Beliau sudah sakit lama. Setahu saya karena gang­guan prostat. Kalau ke DPR pakai kursi roda, beliau sering datang,” ujar Sekjen PPP Arsul Sani, Senin (9/5/2016). Kabar duka ini kali pertama disam­paikan Andi Surya Wijaya, putra Andi M Ghalib yang juga anggota DPRD Kota Bogor.

Sosok Andi Ghalib, menu­rut Arsul, merupakan politi­kus pekerja keras. Purnawirawan jenderal TNI bintang tiga itu pernah menjadi Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh RI untuk India. “Pengalaman beliau dari TNI ke politikus memperlihatkan etos kerja. Pengalaman beliau pernah menjadi jak­sa agung era Presiden Habibie dan Duta Besar RI untuk India,” tuturnya.

Jenazah disemayamkan di rumah duka yang beralamat di Jalan Ceger Raya, Taman Mini, Jakarta Timur.

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Andi M. Ghalib, SH MH terbilang politikus serba bisa. Ia pernah menjabat Duta Besar RI untuk India sejak 8 April 2008 hingga 2013 di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Andi lahir di Bone, Sulawe­si Selatan, 3 Juni 1946.

Andi Anzhar Cakra Widjaya, putra almarhum menuturkan, ayahnya me­ninggal karena mengalami gagal jan­tung yang dideritanya setahun terakhir. “Diagnosa dokter yaitu gagal jantung,” kata Anzhar kepada awak media di ke­diaman almarhum Jalan Ceger Raya Ja­karta Timur, Senin (9/5/2016).

BACA JUGA :  Kamu Harus Tahu, Ini Dia 6 Manfaat Air Kelapa untuk Kesehatan

Menurutnya, almarhum meninggal setelah menjalani 11 hari perawatan di Rumah Sakit Medistra. Almarhum me­ninggalkan 1 orang Istri, 4 orang anak serta 13 orang cucu. Anzhar menilai, so­sok ayahnya tersebut merupakan sosok yang kuat.

Terakhir, menurut Anzhar, dia dan ayahnya berkomunikasi untuk terakhir kalinya yaitu pada tiga hari yang lalu. “Tiga hari yang lalu saya sempat ko­munikasi, almarhum masih bisa diajak bicara, masih ngomong mau sembuh, mungkin itu komunikasi terakhir saya dengan beliau,” katanya.

Jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada pukul 16.00 WIB. Pria kelahiran Desa Kadju, Kecamatan Sibulu’e, Bone, Sulawesi Selatan, 3 Juni 1946, itu merupakan seorang negarawan sejati.

Mengawali karir dari militer, Andi M Ghalib terjun ke dunia politik. Sepan­jang hayat ia bertabur prestasi. Banyak jabatan yang pernah ia duduki sepan­jang karirnya. Saat menjadi tentara, ia pernah menjadi Atase Pertahanan di Singapura. Saat Jenderal LB Moerdani menjadi Panglima ABRI, Ghalib men­jadi asisten pribadi.

Era Orde Baru, saat tentara di atas angin, banyak dari mereka menduduki jabatan eksekutif. Ghalib juga men­duduki jabatan eksekutif seperti Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Walikota Makassar, hingga Bupati Jeneponto, Su­lawesi Selatan.

Lepas dari jabatan eksekutif dae­rah, Ghalib mulai berkecimpung dalam bidang hukum. Dia menjadi Oditur Jenderal di korps militer. Arah sejarah berubah. Angin reformasi berembus, menggulung Orde Baru. Namun, kalan­gan tentara masih berkibar.

Presiden BJ Habibie mengangkat Andi M Ghalib menjadi Jaksa Agung. Ghalib ibarat menerima tongkat panas saat menggantikan posisi Soedjono C Atmonegoro sebagai Jaksa Agung. Pada 1999 desakan untuk memeriksa man­tan Presiden Soeharto menguat. Kasus-kasus korupsi yang dialamatkan kepada Soeharto ada di tangannya.

BACA JUGA :  Cemilan Selesai Teraweh, Pisang Goreng Madu yang Simpel dan Praktis

Sepak terjang Ghalib mengusut harta kekayaan Soeharto sempat membawan­ya ke Swiss dan Austria guna menyelidiki kepemilikan rekening mantan presiden tersebut di kedua negara itu. Ghalib juga mengusut Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) dan kroni-kroni Soeharto seperti Muhammad Bob Hasan, Kim Yo­hannes Mulia, dan Deddy Darwis.

Di saat panas-panasnya kasus ini, nama Andi Ghalib mencuat. Sebuah rekaman percakapannya bersama Pres­iden BJ Habibie tersebar. Transkrip per­cakapan BJ Habibie dengan Andi Ghal­ib dipublikasikan oleh Tabloid Berita Keadilan, yang diterbitkan Grup Jawa Pos, dalam terbitan Nomor 12 Tahun I/ 6-12 Januari 1999. Tabloid itu memberi­takan pemeriksaan Soeharto hanyalah sandiwara belaka.

Semua usaha itu bubar pada 11 Oktober 1999 pemerintah menyatakan tuduhan korupsi Soeharto tak terbukti karena minimnya bukti. Lalu Ghalib mengeluarkan Surat Perintah Pengh­entian Penyidikan (SP3) terhadap kasus Soeharto.

Ghalib hanya setahun berkantor di Kejaksaan Agung. Ia baru muncul lagi pada 2004 saat menjadi anggota DPR periode 2004-2009. Baru separuh ja­lan, Presiden Susilo Bambang Yudhoy­ono mengangkatnya jadi Duta Besar Luar Biasa RI untuk India.

Lima tahun sesudah jadi Dubes, Ghalib kembali maju jadi Ang­gota DPR periode 2014-2019. Dukungan 32.915 suara dari Daerah Pemilihan Su­lawesi II, mengantarkannya ke Senayan.

Setahun terakhir, Ghalib menderita gagal jantung. Dalam 11 hari terakhir, Ghalib dirawat di Rumah Sakit Medis­tra hingga meninggal dunia. “Diagnosa dokter, Ayahanda mengalami gagal jan­tung,” kata Putera Bungsu Almarhum, Andi Surya Widjaya, yang kini duduk sebagai Anggota DPRD Kota Bogor Fraksi PPP.

(Abdul/Yuska Apitya Aji)

============================================================
============================================================
============================================================