CARI tembok di jalanan dan kerap bergaul dengan cat serta pylox membuat bomber atau seniman grafiti perempuan mendapatkan stereotip dari masyarakat. Beberapa seniman berhijab yang tergabung dalam komunitas ‘Ladies on Wall’ pun merasakannya.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Nay asal Bogor mengatakan sebelum mulai hobi bikin grafiti di tembok, ia sudah berhijab. “Sebelum ikut teman-teman jadi bomber, saya juga main skate dan pas itu juga sudah berÂhijab. Tapi hijab bukan halangan buat mereka yang hobi grafiti,†ujarnya.
Salah satu pendiri Ladies on Wall, Bunga, mengatakan lewat komunitas yang berdiri Mei 2014 itu para bomber cewek ingin menyebarkan satu virus kepada masyarakat. Sekaligus semanÂgat dan mengajak seniman peremÂpuan untuk buat gerakan.
“Kalau ada lagi street artist peremÂpuan atau yang punya hobi sama, yuk ikutan Ladies on Wall. Nyebarin semangat yang sama, bisa nge-bomb bareng-bareng, dan kami welcome banget buat siapa saja masuk. TanÂpa ngelihat bagaimana penampilan fisiknya, yang penting yuk gambar bareng,†pungkas Bunga.
Cuaca yang terik tak menyurutkan semangat dari seniman jalanan sekaÂligus penghuni komunitas Ladies on Wall. Tembok panjang puluhan meter dan berada di gang kecil menjadi tarÂget mereka. Lokasi pun dipilih dengan alasan strategis karena mayoritas penÂghuni Ladies on Wall tidak hanya berasal dari ibukota. Tapi ada yang dari Bogor, Bandung, Bogor, Tangerang, dan Karawang yang rela datang ke gathering kali ini.
Kala itu, tembok setinggi 1,5 meÂter dengan panjang sekitar 20 meter itu dipilih. “Kita akan bikin grafiti di sepanjang tembok ini dengan tulisan Ladies on Wall, tapi sesuai karakter dan ciri khas masing-masing,†ucap salah satu pendiri Ladies on Wall, Bunga.
Kak aku pecinta grafiti, dan pengen ikut komunitas kalian, aku dari palembang kak.