ISTANA Kepresidenan menjamin stok beras untuk bulan ramadan dipastikan aman. Pemerintah juga memastikan tidak akan membuka kran impor. Keputusan ini diambil mengingat persediaan beras saat ini dklaim melimpah.
Oleh : Yuska Apitya
[email protected]
Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla (JK) menÂgungkapkan, perseÂdiaan beras pemerÂintah jelang perayaan Idul Fitri 1437 Hijriah masih aman. Menurut dia, saat ini Indonesia belum perlu melakukan impor beras. “Tidak perlu (impor) karena kalau pangan, maksudnya beras, tak ada masalah,†ujar JK di Perum Bulog, Selasa (10/5).
JK menuturkan, persediaan beras menjelang lebaran di Indonesia justÂru melimpah, karena konsumsi beras di bulan puasa cenderung menurun. Lagipula, dalam sejarahnya, IndoneÂsia tidak pernah kesulitan beras saat mendekati lebaran. “Sebelumnya kan puasa satu bulan dan makan beÂras lebih sedikit kan. Jadi, tidak ada kejadian kesulitan beras di Lebaran,†terang dia.
Namun demikian, JK menilai, persediaan pangan selain beras jusÂtru akan menipis jelang lebaran. Misalnya saja, ayam, telur, ikan dan cabai, serta beberapa bahan panÂgan yang umumnya dikonsumsi maÂsyarakat jelang lebaran.
Khusus untuk daging ayam, tradiÂsi di Indonesia memang saat Lebaran masyarakat menjadikan opor ayam sebagai santapan khas. Tak heran, konsumsi ayam pasti akan melebihi biasanya.
Di sisi lain, kondisi ini akan menjadi momentum bagi petani mendapatkan harga baik untuk baÂhan pangan yang mereka jual. “Jadi, biarlah ini menjadi kesempatan bagi petani mendapatkan hadiah lebaran dengan harga yang baik,†imbuh JK.
Sebelumnya Bulog mengklaim, siap menghadapi bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri tahun 2016 dengan persediaan sembilan bahan pokok (sembako). Kesiapan ini terÂlihat dari kecukupan suplai beras dan persiapan menghadapi permaÂsalahan distribusi pengiriman bahan sembako.
Saat ini, suplai beras mencapai 1,9 juta ton. Padahal, kebutuhan konÂsumsi beras rata-rata 300ribu ton dalam satu bulan. Itu berarti, kebuÂtuhan stok beras sampai hari raya Idul Fitri masih terpenuhi.
Bulog mengklaim, siap mengÂhadapi bulan Ramadhan dan perÂayaan Idul Fitri tahun 2016 dengan persediaan sembilan bahan pokok (sembako). Kesiapan ini terlihat dari kecukupan suplai beras dan persiaÂpan menghadapi permasalahan disÂtribusi pengiriman bahan sembako.
Saat ini, suplai beras mencapai 1,9 juta ton. Padahal, kebutuhan konÂsumsi beras rata-rata 300ribu ton dalam satu bulan. Itu berarti, kebuÂtuhan stok beras sampai hari raya Idul Fitri masih terpenuhi.
Namun, tidak demikian halnya dengan suplai bawang merah. KeliÂhatannya, Bulog masih membutuhÂkan manajemen sistem yang dapat mengakomodir kebutuhan akan bawang merah.
“Kalau bawang merah ini maÂsalah komunikasi. Daerah mana yang surplus, daerah mana yang butuh. Nah, kami bagi tugas dengan BUMN untuk menangani kebutuhan itu,†imbuh Subagi Agung Gunawan, KeÂpala Divisi Pemasaran Perum Bulog, kemarin.
Untuk masalah distribusi, ia menÂgaku, Bulog sudah mempersiapkanÂnya dari sisi distributor dan penjuaÂlan langsung.
“Bulog sendiri memiliki dua saraÂna ritel, yakni Bulog Mart dan rumah pangan. Dengan begitu diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan jelang hari raya Idul Fitri,†ucapnya.
Sementara, Benny Sutrisno, Wakil Ketua Umum Kadin menamÂbahkan, kebutuhan yang harus diÂantisipasi adalah gula dan daging. Pasalnya, saat ini bukanlah musim giling. Sehingga, suplai gula menjadi tidak sebanding dengan permintaan.
“Yang perlu diantisipasi adalah suplai gula, mengingat bukan musim giling. Jadi, harga naik,†terang dia.
Adapun, untuk harga daging sendiri perlu diantisipasi karena masyarakat umumnya banyak mengÂkonsumsi daging-dagingan saat perÂayaan hari keagamaan umat Muslim tersebut. “Tadi teman-teman bulog bilang harga minyak aman. Tetapi, untuk gula sama daging perlu dianÂtisipasi. Karena daging kan banyak dikonsumsi ketika menjelang lebaÂran,†jelasnya.
Terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid mengungkapÂkan, harga cabai saat menjelang puaÂsa dan lebaran diperkirakan stabil dengan catatan tidak ada gangguan cuaca sepanjang 2 bulan ke depan
“Berdasarkan data di kita, di Garut, Blitar, Kediri, Magelang, dan sentra-sentra lain akan panen raya. Kalau nggak ada cuaca ekstrem, akan murah,†jelas Hamid ditemui di kantor Komisi Pengawas PersainÂgan Usaha (KPPU), Jakarta, Selasa (10/5/2016).
Dia menuturkan, kalau pun ada kenaikan harga tidak akan signifikan karena stok ada selama panen raya di bulan Mei hingga Juli, karena musim tanam dilakukan pada Maret-April. “Konsumsi hanya naik nggak samÂpai 5% saat hari raya lebaran, natal, atau tahun baru. Masalahnya pola produksinya nggak sama. Yang palÂing nyaman bulan 3-5 tanamnya. Ini sudah Mei tapi hujan belum banyak. Artinya, kalau banyak hujan, cost banyak, akhirnya buat cabai mahal,†ungkap Hamid.
Dengan luasan tanam di sejumÂlah sentra saat ini, menurutnya, harga cabai masih akan stabil dalam beberapa bulan ke depan selama panen raya. “Cabai seandainya di Jawa Timur kan 2.000 hektare per bulan panen. Kita hitung 3 bulan lalu 2.200 hektar. Kalau 2000 hektar saja, harga akan normal Rp 12.000/ kg harganya. Kalau sedikit naik, palÂing Rp 15.000,†tandasnya. (*)