BOGOR TODAY – Warga Kota Bogor tenÂtu sudah tak asing lagi dengan mi glosor. Mi berwarna kuning yang terbuat dari adonan sagu merupakan teman santap kerupuk mi dan gorengan. Mi glosor akan sering dijumpai ketika bulan Ramadan sebab warga Kota Bogor menjadikan mi glosor ini sebagai santapan wajib ketika berbuka puasa.
Walaupun terkenal sebagai makanan khas berbuka puasa di Bogor, tetapi mi glosor buÂkanlah makanan asal Bogor. Mi glosor pertama kali dikenal di SukaÂbumi. Lalu, pada 1966, Abah Wen JuaeÂni hijrah dari Sukabumi ke Bogor bersama istri dan keenam anaknya. Semula, Abah—begitulah sapaan akrab Abah Wen JuaeÂni—menafkahi keenam anak dan istrinÂya dengan uang hasil berdagang. Hingga pada 1970 Abah mulai memÂproduksi mi glosor. Akan tetapi, warÂga Kota Bogor pun b e l u m sepenuhÂnya menÂgenal mi glosor. Pada akhirnya, di tahun 2001 masyarakat mulai mengenal mi glosor dan menjadikannya hidangan santap berbuka puasa.
“Sejak 1970 Abah sudah buat mi glosor, tetapi, tidak sering. Baru sejak 15 tahun lalu mi glosor mulai dikenal lagi,†ungkap Abah.
Abah pun mengungkapkan dua produÂsen mi glosor lainnya yang berada di Pulo Empang dan Ciluar. Mi glosor Pulo EmÂpang dan Ciluar juga sudah memproduksi mi glosor sejak 1970. Kendati demikian, mi glosor yang berada di Pulo Empang sudah gulung tikar dan menyisakan mi glosor miliknya bersama mi glosor Ciluar.
“Padahal yang di Ciluar masih ada, tetapi alhamdulillah konsumen kenalnya yang di Pancasan,†ujar Pria berusia 84 tahun.
Hal tersebut dibuktikan dengan penÂingkatan pengiriman di bulan Ramadan mencapai 10-20 karung setiap hari untuk setiap kios langganan mi glosor Pancasan. Sejumlah 66 kios tersebar di Leuwiliang, Ciampea, Ciawi, Cipanas, dan tentunya di Bogor. Satu karung mi glosor memiliki berat 250 kg dengan harga setiap 50 kg dijual Rp 200.000. Mi glosor Pancasan biasa mengirim karung-karung tersebut di malam hari.
“Sampai saat ini total pengiriman suÂdah 12 ton. Alhamdulillah meningkat di tahun 2016, kata orang sekarang kan Tahun Kuda mungkin ada pengaruhnya juga,†jelas Pria kelahiran Sukabumi denÂgan tawa.
Abah mempekerjakan empat orang suÂpir dengan satu mobil bak miliknya dan terkadang menyewa satu mobil bak lainÂnya jika pesanan membludak. Karyawan yang memproduksi mi glosor sejumlah 20 karyawan dan terbagi ke dalam dua shift, yakni pagi dan malam.
Ketika Bogor Today menyinggung pengiriman mi glosor hingga Pulau Jawa, Abah hanya tersenyum dan mengatakan bahwa sebenarnya sudah ada pesanan ke Jonggol. Akan tetapi, jarak yang jauh dan armada yang tak mencukupi untuk mengirim mi glosor ke sana yang menjadi penghalang mi glosor lebih mengindoneÂsia. (Herza/ed:Mina/mgg)
Bagi Halaman