tmp_16706-822720_10283715032016_paus-fransiskus1-1312897743VATIKAN TODAY– Paus Fran­siskus menilai bahwa penganut Kristiani dan Gereja Katolik Roma harus meminta maaf ke­pada kaum homoseksual atas berbagai tindakan gereja se­lama ini dalam memperlakukan mereka.

Pernyataan ini dilontarkan Paus di hadapan wartawan di dalam pesawat dalam perjala­nan kembali ke Roma dari Ar­menia. Paus menyatakan bahwa gereja juga harus meminta maaf atas perlakuannya terhadap para wanita, menutup mata atas praktik pekerja anak dan karena “memberkati begitu banyak sen­jata” di masa lalu.

Komentar Paus ini terlontar ketika ia menjawab pertanyaan wartawan tentang pandangan­nya terkait seruan seorang kar­dinal Katolik Roma Jerman yang mendesak gereja untuk mem­inta maaf kepada kaum gay.

Paus menunjukkan raut wa­jah sedih ketika wartawan ber­tanya apakah permintaan maaf dari gereja utamanya harus dilakukan menyusul aksi pen­embakan di kelab malam gay di Orlando, Amerika Serikat, yang menewaskan 49 orang bulan ini.

Dia menyatakan bahwa sesuai ajaran gereja, kaum ho­moseksual “tidak boleh didis­kriminasi. Mereka harus dihor­mati, dan selalu dibimbing oleh pastor.” “Saya pikir gereja tidak hanya harus meminta maaf kepada kaum gay yang tersing­gung, tetapi juga harus meminta maaf kepada warga miskin, ke­pada para wanita yang diman­faatkan, kepada anak-anak yang dipaksa bekerja. Gereja harus meminta maaf karena telah memberkati begitu banyak sen­jata,” ujar sang pemimpin tert­inggi agama Katolik itu, kemarin.

Paus tidak merinci apa yang dimaksudnya dengan “mem­berkati begitu banyak senjata,” namun tampaknya pernyataan itu mengaju kepada sejumlah pejabat gereja yang aktif men­dukung berbagai perang di masa lalu.

Menurutnya, gereja men­gajarkan bahwa orang dengan kecenderungan homoseksual bukanlah kaum pendosa, meski­pun tindakan homoseksual merupakan salah satu tinda­kan dosa. Kaum homoseksual harus mencoba untuk menahan dorongan seksual mereka.

Dalam kesempatan itu, Paus mengulangi pernyataan­nya yang terkenal, “Siapa saya untuk menghakimi?” Pernyat­aan itu pernah dilontarkan Paus dalam kunjungan luar negeri pertamanya pada 2013.

“Pertanyaannya adalah: jika seseorang memiliki kondisi itu, yang merupakan pemberian Tuhan, dan berusaha mencari perlindungan Tuhan, siapa kita sehingga bisa menghakimi [mereka]?” ujar Paus.

“Kami, orang Kristen, harus meminta maaf untuk banyak hal, bukan hanya untuk ini (per­lakuan terhadap kaum gay), tetapi kami harus meminta pengampunan, tidak hanya meminta maaf! Pengampunan! Tuhan, itu adalah kata begitu sering kita lupakan!” ucap Paus.

Paus Fransiskus kerap kali dipuji oleh berbagai komu­nitas gay karena menjadi paus yang paling me­naruh belas kasihan terhadap kaum gay dalam sejarah mod­ern. Namun, kaum konservatif Katolik mengkritik sang Paus karena ko­mentarnya soal moral seksual ker­ap dinilai ambigu.

Paus menga­takan kepada para wartawan bahwa “ter­dapat tradisi di beberapa negara, beberapa budaya, yang memiliki mentalitas yang ber­beda tentang per­tanyaan ini (homo­seksual)” dan ada “beberapa tinda­kan (gay) yang terlalu ofensif untuk beberapa orang.” (Yuska Apitya/net)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================