Untitled-2JAKARTA TODAY– PT PLN (Persero) mencetak laba bersih Rp 15,6 triliun sepanjang 2015 lalu. Laba ini naik 33% dibandingkan perolehan 2014 yang jumlahnya Rp 11,7 triliun. PLN juga men­catat kinerja positif dalam tiga bulan pertama

tahun ini. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lis­trik itu meraup laba Rp 5,01 triliun di kuartal I-2016. Labanya ini melonjak tinggi jika dibandingkan posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kala itu, PLN men­catat rugi Rp 860 miliar. Laba di akhir Maret ini sebenarnya bisa lebih tinggi, yaitu Rp 11 triliun, jika tidak terkena Beban Pajak. Beban Pajak yang harus dibayar PLN di kuartal I-2016 sebesar Rp 5,2 triliun. Pada periode yang sama, PLN meraup omzet Rp 53,7 triliun, lebih tinggi dari sebelumnya Rp 51 triliun. Tanpa subsidi, PLN mencatat rugi Rp 2,3 triliun. Tahun ini, pos subsidi PLN tercatat Rp 12,4 triliun, lebih rendah dari se­belumnya Rp 13,2 triliun. Perusahaan pelat merah ini juga diun­tungkan oleh laba selisih kurs Rp 3,6 triliun. Sementara tahun lalu pada periode yang sama menderita rugi selisih kurs Rp 5,7 triliun. Dalam keterangannya, Rabu (29/6/2016), PLN menyatakan, kenaikan ini karena kenaikan pendapatan dan efisiensi yang dilakukan oleh PLN sepanjang tahun lalu. Adapun pendapatan penjualan listrik PLN di 2015 naik 12,44% menjadi Rp 209,8 triliun, dibanding­kan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 186,6 triliun. Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenai­kan volume penjualan kWh menjadi sebesar 202,8 Terra Watt hour (TWh) atau naik 2,14% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 198,6 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata. “Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan kWh menjadi sebesar 202,8 Terra Watt hour (TWh), atau naik 2,14% bila dibanding den­gan periode yang sama tahun lalu sebesar 198,6 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata,” kata Direktur Utama PLN Sofyan Basir, dalam acara konferensi pers tentang laporan keuangan 2015 di kantor pusat PLN, Jakarta, Rabu (29/6/2016). Peningkatan konsumsi kWh ini sejalan dengan kenai­kan jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan sampai dengan akhir Desember 2015 yang telah mencapai 61,2 juta pelang­gan, atau bertambah 3,7 juta pelanggan (6,39%) dari peri­ode yang sama tahun sebelumnya yaitu 57,5 juta pelanggan. Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendo­rong kenaikan rasio elektrifikasi nasional, yaitu dari 84,35% pada Desember 2014 menjadi 88,3% pada Desember 2015. Perusahaan dapat melakukan efisiensi dan penghema­tan sehingga subsidi listrik pada 2015 turun sebesar Rp 42,8 triliun, menjadi sebesar Rp 56,6 triliun dibandingkan 2014 sebesar Rp 99,3 triliun. Meskipun volume penjualan meningkat, beban usaha pe­rusahaan turun sebesar Rp 19 triliun atau 7,16% menjadi Rp 246,3 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 265,3 triliun. Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan, antara lain melalui pengoperasian dan tatakelola pembangkit yang lebih baik, substitusi penggunaan bahan bakar minyak/BBM dengan penggunaan batu bara/energi primer lain yang lebih murah, serta pengendalian biaya lainnya. Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya Bah­an Bakar Minyak (BBM) Rp 36,4 triliun sehingga pada 2015 menjadi Rp 35 trilliun atau 49,02% dari tahun sebelumnya Rp 71,5 trilliun, terutama dikarenakan penurunan konsumsi BBM 2 juta kilo liter. Untuk mengurangi beban operasi akibat mata uang rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing teru­tama dolar AS,PLN mulai April 2015 telah melakukan tran­saksi lindung nilai (hedging) atas sebagian kewajiban dan utang usaha dalam valuta asing yang akan jatuh tempo. “EBITDA tahun 2015 sebesar Rp 51,5 triliun, naik Rp 2,8 triliun dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar Rp 48,7 triliun. Hal ini menunjukkan peningkatan kinerja PLN dalam melakukan efisiensi dan perbaikan kapasitas pembangkit,” terang Sofyan.

BACA JUGA :  Diduga Balas Dendam, Keponakan di Bangkalan Bacok Paman hingga Tewas

PLN telah menerbitkan laporan keuangan Tahun 2015 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan Firma anggota jaringan global PwC di Indonesia.(Yuska Apitya/dtk/ed:Mina)

BACA JUGA :  Komisi III DPRD Kota Bogor Soroti Pembangunan 2 Unit Sekolah Satu Atap
============================================================
============================================================
============================================================