JAKARTA, TODAY—Presiden Joko Widodo ( Jokowi) telah meÂnyetujui ruang udara di selatan Jawa untuk diguÂnakan sebagai jalur penerbangan sipil. Seperti diketahui, selama ini penerÂbangan sipil hanya mengandalkan ruÂang udara di utara Jawa yang menyeÂbabkan jalur udara utara Jawa menjadi rute terpadat noÂmor lima di dunia.
Direktur Navigasi Penerbangan KementÂerian Perhubungan (Kemenhub) Novie Riyanto menjelaskan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara saat ini tengah mencocokÂkan jadwal penerbangan sipil dan penerbangan militer dengan TNI AU.
Dia berharap ruang udara di seÂlatan Jawa dapat digunakan bersama-sama penerbangan militer dan penÂerbangan sipil. “Kita sedang finalkan untuk melihat jamnya. Intinya saat ini kemajuannya sedang diupayakan klop dengan TNI AU jam berapa. Tapi intinya itu kan perintah Presiden (Jokowi), keputusan pemerintah itu bisa digunakan bersama-sama,†jelas Novie, Minggu (24/7/2016).
Dengan dimanfaatkannya ruang udara di selatan Jawa dapat meninÂgkatkan keselamatan penerbangan di rute penerbangan Indonesia yang sangat padat. Selama ini, rute penerÂbangan seperti Jakarta-Surabaya-Bali menjadi rute penerbangan yang palÂing banyak dilalui pesawat komersil setiap harinya. Ke depannya, jalur penerbangan akan memiliki dua opsi, yakni utara dan selatan Jawa. “Manfaatnya tentu saja untuk safeÂty karena utara sudah padat ngÂgak ada alternatif. Artinya kan dari situ tahu lah Jakarta-Surabaya-Bali itu padat sekali. Sebagian utara sebagian selatan, tetap ada di utara tetap ada di selatan,†terang Novie.
Dengan dibukanya jalur udara di selatan Jawa diperkirakan dapat meÂnambah frekuensi penerbangan dari Jakarta ke beberapa kota yang memiÂliki jadwal penerbangan yang padat seperti Surabaya dan Bali. Meskipun demikian, kesiapan bandara juga perlu menyiapkan diri agar frekuensi penerbangan dapat ditambah.
“Tentu saja, logikanya begitu kaÂlau jalur nambah otomatis. Tapi kan tidak sendirian, ya, bersama-sama dengan airport-nya. Jakarta misalnya sekarang 72 kalau Jakartanya diperÂbaiki tentu saja bisa nambah, tapi kan ada batas-batas. Kalau nambah itu paling banyak Jakarta-Surabaya-Bali, pokoknya rute padat itu lah,†tutur Novie.
Dirinya berharap jalur udara di selatan Jawa dapat mulai dilalui peÂsawat komersil pada Agustus menÂdatang. Hal ini sejalan dengan sinkÂronisasi jadwal penerbangan sipil dan militer selesai dilakukan. “Kita targetnya sih mudah-mudahan AgusÂtus, jadi kalau sudah dapat slotnya jamnya, ya, langsung implementasi. Jadi, intinya kalau TNI AU sudah memberikan data, terus kita oke kaÂlau menandatangani agreement ya sudah,» tutup Novie.
Sementara itu, PT Garuda IndoÂnesia Tbk (GIAA) melirik jalur penÂerbangan selatan Pulau Jawa. Minat ini bertambah kuat setelah Presiden Jokowi menyetujui jalur selatan unÂtuk penerbangan sipil.
“Kita sambut baik karena sebetÂulnya juga menjadi pertimbangan Garuda,†kata VP Corporate CommuÂnications Garuda Indonesia, Benny S. Butarbutar, kemarin.
Saat ini, Garuda Indonesia sedang melakukan kajian terhadap pesawat dan rute yang akan melalui jalur seÂlatan Jawa itu. “Tahap sekarang kita harus kaji jenis pesawat untuk meÂnentukan besaran tiket,†sebutnya.
Bila resmi diperbolehkan, Garuda Indonesia akan memanfaatkan jalur selatan secara bertahap karena masÂkapai pelat merah ini harus melakuÂkan evaluasi. Apalagi, tambah Benny, jalur selatan Jawa masih dipakai unÂtuk area latihan pesawat terbang miliÂter. “Namun karena merupakan jalur penerbangan militer, kita masih akan melakukannya secara bertahap,†ujarnya.
Sementara itu, Ketua PenerbanÂgan Berjadwal Indonesian National Air Carriers Association (INACA), Bayu Sutanto menjelaskan bahwa gagasan penggunaan jalur selatan untuk penerbangan sipil sudah lama, tapi baru terealisasi pada era Jokowi.
Jalur selatan Jawa ini sangat diÂtunggu oleh maskapai yang memÂbuka rute seperti Jakarta-Denpasar, Jakarta-Lombok atau Jakarta-Kupang. Selama ini, pesawat harus melewati jalur utara Jawa sehingga jarak temÂpuh lebih jauh.
Kehadiran jalur selatan Jawa bisa mempercepat waktu tempuh perÂjalanan daripada harus melalui jalur utara. Ujung-ujungnya, konsumsi baÂhan bakar juga bisa ikut turun. “Bisa menghemat waktu dan biaya. Kalau dengan langsung lewat selatan mungÂkin bisa hemat waktu 10-15 menit. Itu cukup banyak,†ujar Bayu.
(Yuska Apittya/dtk/ed:Mina)
Bagi Halaman