SEORANG suami denÂgan wajah ngenes berkata kepada isterinÂya: “Maafkan aku kalau tidak membelikan emas untukmu. Sungguh buÂkan karena apa, melainÂkan karena aku sadar bahwa diam itu emas. Diamku insyaAllah cukup menggantikan perhiasan emas yang engkau haraÂpkan.†Isterinya diam seribu bahasa sangat lama.
Suaminya gelisah, tak mampu menafsirÂkan diamnya sang isteri. Diapun bertanya: “Mengapa diam, iteriku.†Sang isteri masih diam saja. Sesekali mulutnya komat-kamit tapi tak mengeluarkan suara. Suaminya mengemis kepadanya untuk bersuara demi menghapus kegalauannya. Akhirnya si isteri berkata denÂgan nada sangat ketus: “Aku lagi pakai emas. Diam itu emas. Jangan belikan aku emas. Aku akan diam sebagai gantinya.â€
Sang isteri itu sungguh cerdas untuk meÂmaksa suaminya membelikan emas. Isteri itupun tak lagi diam, bahkan aktif berbicara dengan siapapun. Celakanya, setelah memakai emas yang dibelikan suaminya itu, dia malah melupakan sang suami. Emas itu dipakai bukan untuk sang suami yang membelikannya emas.