Dua hari terakhir, misalnya. Dua jamaah dilaporkan meninggal di dua tempat berbeda. Jamaah kloter 1 embarkasi Surabaya Rubiyah Mukiyat Muntari, 71, meninggal pada 19 AgusÂtus di Masjid Nabawi. Sementara pada 20 Agustus, jamaah kloter 20 embarÂkasi Aceh Abdullah Umar bin Umar, 68, meninggal di pemondokan.
Kloter Terakhir Tiba Selasa
Sementara itu, kelompok terakhir untuk gelombang I pemberangkatan haji diperkirakan mendarat di BanÂdara AMAA Madinah pada Selasa 23 Agustus 2016.
“Kloter terakhir gelombang pertaÂma BDJ 14 dengan nomor penerbangan SV5901 Saudi Airlines akan tiba pukul 12.25 WAS dengan jumlah jamaah 300 orang, termasuk petugas kloter,†kata Kepala Daerah Kerja Airport Jeddah-Madinah, Nurul Badruttamam Makkiy, Minggu (21/08/2016).
Sedang untuk kemarin, jamaah reguler tiba di Bandara AMAA MaÂdinah pukul 08.00 WAS atau sekira pukul 12.00 WIB. Terdapat 183 kloter dengan jumlah jamaah mencapai 73.823 orang beserta 915 petugas klotÂer. Total terdapat 74.738 orang jamaah mendarat kemarin.
Sementara jamaah haji khuÂsus yang mendarat di Tanah Suci dikÂetahui berasal dari 20 Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dengan jumlah total jamaah mencapai 909 orang.
“Kloter pertama gelombang kedua mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah pada hari Selasa 23 Agustus 2016, yaitu Kloter SOC 35 dengan penerbanÂgan Garuda Indonesia tiba pukul 09.40 WAS dengan jumlah jamaah 360 orang termasuk petugas kloter,†ucap Nurul.
Sementara itu, gara-gara kehabisan kuota haji tahun ini, 177 warga negara Indonesia (WNI) nekat menggunakan paspor Filipina untuk berangkat ke Tanah Suci. Tapi malang, petugas imigrasi Filipina membongkarnya. 177 WNI asal Sulawesi Selatan itu dicegah beberapa saat sebelum mereka meÂnaiki pesawat Philippine Airlines (PAL) dengan nomor penerbangan PR 8969 tujuan Madinah di Bandara InternaÂsional Ninoy Aquino, Manila, Jumat (19/8) dini hari. Kepala Imigrasi FiliÂpina Jaime Morente menyebut, praktik ilegal itu terbongkar setelah pihaknya curiga ke-177 orang itu tak berbahasa Filipina.
“Mereka membaur dengan romÂbongan haji negara kami. Tapi tak satu pun dari mereka yang bisa pakai baÂhasa Filipina atau Tagalog. Bahasa InÂggris pun dipandu,†ungkap Morente seperti dilansir Philipina Stars.
Setelah dicecar petugas, akhirnya mereka mengaku WNI. Mereka maÂsuk ke negara itu sebagai turis sejak beberapa pekan lalu. Bersama mereka ditangkap pula 5 orang warga Filipina yang diduga adalah pendamping. KeÂlima warga Filipina itu diyakini sebagai sindikat pemalsu paspor dan telah ditahan oleh Biro Investigasi Nasional (NBI) untuk diselidiki lebih lanjut.
Dari pendamping ini, 177 WNI mendapatkan paspor. Mereka harus merogoh kocek mulai dari 6 ribu hingÂga 10 ribu dolar AS per orang. Mereka kemudian ditahan di Camp Bagong Diwa, Taguig. Morente menyebut, semua jemaah dikenakan tuduhan meÂlanggar peraturan imigrasi
.(Yuska Apitya Aji)