bcaJAKARTA, TODAY – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd (BTMU Indonesia) memasang target pertumbuhan kredit single digit pada rencana bisnis bank (RBB) tahun 2017.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, prospek pertumbuhan kredit perbankan kemungkinan hanya tumbuh dalam kisaran single digit pada 2016 dan 2017. Bahkan, penyaluran kredit secara industri pada Desember 2016 kemungkinan tidak mencapai pertumbuhan 7% secara year on year (yoy). Oleh sebab itu, dia mengharapkan pembangunan infrastruktur dapat lebih cepat untuk tahun depan.

Sebab, Jahja menuturkan, bila pembangunan infrastruktur sudah jadi tentu akan memudahkan industri. Lalu industri itu yang akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan daya beli, maupun ekonomi secara tidak langsung.

“Tahun depan, kredit kami kemungkinan masih lebih besar didukung pertumbuhan bisnis konsumer. Saya memprediksi kredit perseroan akan tumbuh 9% secara year on year (yoy) pada 2017,” ujar dia kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu. Dia juga menjelaskan, sampai akhir tahun ini pertumbuhan kredit BCA kemungkinan sekitar 8% (yoy).

BACA JUGA :  Dessert Lezat dengan Puding Jagung Manis Malaysia yang Lembut Legit

Sejauh ini, BCA berupaya fokus ke semua segmen bisnis. Namun Jahja menuturkan, bila kondisi demand masih kurang baik, jenis kredit yang potensial untuk ditingkatkan adalah konsumer. “Jika belum ada tarikkannya, ya kami nggak berani memaksakan. Berdasarkan pengalaman itu yang bisa didorong adalah konsumer, karena segmen itu juga sensitif dengan tingkat suku bunga,” ungkap dia.

Secara terpisah, belum lama ini Deputy General Manager and EVP Head of Global Corporate Banking and Financial Institution BTMU (Indonesia) Pancaran Affendi menuturkan, pihaknya tetap berkomitmen untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Namun, melihat kondisi pertumbuhan kredit secara industri yang single digit, BTMU pun memperkirakan kenaikan penyaluran lending yang dicapai tidak akan jauh berbeda, yaitu single digit.

Meski demikian, ancaran meyakini fundamental ekonomi dan bisnis di Indonesia masih prospektif. Hanya pihaknya memprediksi baru dapat mencapai pertumbuhan kredit double digit dalam dua tahun ke depan. “Kami menilai kondisi bisnis masih positif, tapi BTMU (Indonesia) mungkin hanya growth single digit pada 2017,” ungkap dia.

BACA JUGA :  Menu Sahur dengan Sambal Goreng Tahu dan Krecek yang Pedas dan Gurih Bikin Nagih

Dalam menjalankan bisnis, kantor cabang luar negeri (KCBA) BTMU di Indonesia fokus pada bisnis segmen korporasi, misalnya sektor ekonomi infrastruktur, konstruksi, komunikasi, manufakturing, serta food and beverages. “Sedangkan kalau subsektor ekonomi seperti CPO (crude palm oil) kami menyalurkan pembiayaan secara selektif. BTMU (Indonesia) masuk ke subsektor tersebut dengan membiayai kredit modal kerja jangka pendek dan menengah,” papar dia.

Berdasarkan laporan keuangan, BTMU (Indonesia) membukukan total kredit sebesar Rp 90,31 triliun pada semester I-2016. Secara year to date (ytd), realisasi kredit KCBA ini masih minus, karena Desember tahun lalu total kredit BTMU (Indonesia) mencapai Rp 93,26 triliun. (Abdul Kadir Basalamah/Net)

============================================================
============================================================
============================================================