img_4989-copyKAMPUNG Semplak di Sindang Barang Jero, Jumat malam itu baru saja diguyur hujan. Jalanan masih basah dan udara masih terasa dingin mengigit. Tetapi kondisi itu tidak menghalangi warga untuk berkumpul di lapangan bola Kuntum di RT 01/04 Kelurahan Bubulak. Mereka tumpah ruah, ingin melihat langsung kedatangan Wali Kota Bogor. Lapangan yang setiap malam biasanya sepi, saat itu mendadak ramai.

Malam itu Bima Arya memang menyediakan waktu untuk berkunjung. Bahkan ia bermaksud menginap supaya bisa melihat, mendengar serta merasakan apa saja persoalan yang dihadapi warga masyarakat.

Selepas Isya, Bima pun datang. Setelah sejenak menyapa warga yang menunggunya, ia pun segera bergerak. Ditemani Camat Bogor Barat, Lurah Bubulak dan unsur Muspika lainnya, ia berjalan kaki mengunjungi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di RT 01/04. Menyusuri jalan sempit, becek, licin dan remang-remang, rombongan kecil itu tiba di rumah bercat kuning dengan jendela berwarna biru.

Rumah itu nampak sudah rapuh. Atap dapurnya sudah ditopang dua bilah bambu agar tidak roboh. Penghuninya sembilan orang. Terdiri dari seorang nenek, dua orangtua, dan enam anak. Mereka semua tinggal di rumah itu yang hanya memiliki dua kamar, satu ruang tamu, satu kamar mandi dan dapur. “Dua kamar untuk nenek, istri dan satu anak perempuan, sedangkan saya dan lima anak laki-laki tidur di ruang tamu,” ujar Acep Suratman, pemilik rumah.

Menurut lelaki berusia 57 tahun ini,  bangunan rumahnya sudah berdiri hampir 40 tahun lamanya dan sama sekali belum diperbaiki. Tidak heran kalau Acep selalu cemas ketika ada hujan yang disertai angin besar. Ia takut atap rumahnya ambruk. Buruh bangunan yang istrinya bekerja sebagai buruh cuci ini memang tidak mampu memperbaiki rumahnya. Itu sebabnya, “Saya sangat berharap ada bantuan untuk memperbaiki rumah ini dan semoga kedatangan Pak Wali sekarang akan ada tindak lanjut,” harapnya.

BACA JUGA :  Bima Arya Takziah ke Keluarga Korban Longsor, Pastikan Penanganan Berjalan

Rumah lain yang dikunjungi, berada di dekat rumah Acep. Kondisi rumah milik Anta yang dihuni lima keluarga tersebut tidak jauh berbeda. Bahkan lebih mengkhawatirkan. Saat itu ada tiga baskom berjejer di ruang tamu untuk menampung tetesan air hujan, rembesan dari atap yang sudah lapuk. Di dalamnya hanya ada lorong sempit dan diapit kamar tidur yang bertirai kain. Di ujung lorong tampak dapur dan kamar mandi.

Derita seperti itulah yang malam itu dilihat dan dirasakan langsung oleh Bima. Tidak heran jika Bima kemudian memerintahkan agar kedua rumah itu masuk dalam program perbaikan RTLH. “Keduanya akan diprioritaskan untuk dibantu dengan dana RLTH,” katanya.

Kunjungan malam itu dilanjut dengan dialog bersama warga di saung pinggir lapangan. Berbagai keluhan, usulan dan harapan disampaikan warga. Diantaranya soal keberadaan posyandu, kondisi lapangan sepakbola sampai dengan soal mengurus BPJS. Selesai dialog, Bima ikut ‘ngeronda’. Ditemani, Camat Bogor Barat, Lurah, Ketua RW, Ketua RT dan petugas jaga ronda, ia ikut berkeliling ke lima RT di wilayah RW 04. Usai keliling, ia beristirahat di Poskamling Among Salira RT 03/04. Disitulah ia menginap.

Menjelang azan Subuh, bersama warga ia bergegas pergi ke Masjid RW 04 untuk Shalat Subuh berjamaah. Usai salat, diajaknya anak-anak muda jalan sehat. Mereka kelilingi Kelurahan Bubulak sampai ke Cifor dan kembali ketempat semula satu jam kemudian. Rombongan langsung disuguhi sarapan nasi uduk. Menjelang siang ia kembali bergerak. Kali ini menanam 10 batang pohon pucuk merah. Pohon ini jadi kenang-kenangan bagi warga atas kehadirannya di kampung itu.

BACA JUGA :  Lewat Bertasbih, Dedie Rachim Berbagi Cinta Dengan Influencer

Usai mengikuti semua kegiatan, Bima menuturkan, menginap semalam bersama warga membuatnya bisa lebih banyak mendengar, melihat dan merasakan apa yang dibutuhkan warga. “Saya dengarkan semua harapan warga mulai dari perbaikan sarana pemuda, kerumitan membuat BPJS, dan permintaan membangun posyandu,” ungkapnya. Semua itu kemudian langsung dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan, Dinas Binamarga,  Camat, Lurah yangbeberapa pejabatnya ikut hadir.

Pada dasarnya menurut Bima, “Mereka butuh perhatian pemerintah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.” Ternyata beberapa masalah memang bisa segera diatasi. Itu sebabnya ia berharap para pejabat bisa sering terjun ke masyarakat untuk mengetahui dan memahami serta menyelesaikan masalah yang dihadapi warga.

Kunjungan seperti ini direncanakan terus berlanjut. “Selama ini kunjungan saya ke wilayah relatif singkat hanya satu atau dua jam,” ungkap Bima. Waktu sesingkat itu dirasa tidak cukup baginya untuk mengetahui dan memahami masalah yang dihadapi warga. Itu sebabnya ia merasa perlu menginap bersama warga, supaya ada waktu yang panjang untuk bisa mendengar keluhan dan harapan warga. Namun yang tak kalah penting, sebagai pemimpin Kota Bogor, ia merasa perlu lebih memahami dan merasakan langsung apa yang menjadi masalah bagi warga. (Advertorial)

 

============================================================
============================================================
============================================================

1 KOMENTAR