biYuska Apitya Aji

[email protected]

Bank Indonesia (BI) meyakini daya beli konsumen masih cukup kuat, walau harga barang akan terus menanjak sampai dengan akhir tahun. Ini dilandasi oleh hasil survei konsumen yang baru saja dirilis oleh BI.

Dalam survei tersebut, terlihat Indeks Ekspektasi Harga dalam tiga bulan mendatang sebesar 168,7 atau lebih tinggi dibandingkan 151,1 pada kuartal sebelumnya. “Kenaikan harga tersebut memang siklus musiman akhir tahun, di mana ketika Desember selalu ada kenaikan harga,” ujar Hendy Sulistiowati, Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI, dalam jumpa pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Akan tetapi, bila dilihat kenaikan harga barang secara keseluruhan sebenarnya masih terkendali. Laju inflasi dari Januari sampai September 2016 baru mencapai 1,97% dan sampai akhir tahun diproyeksikan berada pada kisaran 3,1-3,2% atau berada dalam rentang yang ditargetkan BI.

“Jadi harga memang naik, tapi itu bukan sesuatu kenaikan 15% atau signifikan sehingga mempengaruhi daya beli. Masih terkendali dan masyarakat masih mampu,” terang Hendy.

BACA JUGA :  Takjil Segar dengan Es Buah Jelly Selasih, Dijamin Keluarga Akan Suka

Dalam survei tersebut, juga disertakan terkait kondisi keuangan rumah tangga. Pada September 2016, pendapatan konsumen untuk digunakan terhadap konsumsi turun 0,5% menjadi 70,4% dan porsi pembayaran cicilan pinjaman terhadap pendapatan turun 0,5% menjadi 11,9%. “Agak berbeda, porsi tabungan terhadap pendapatan meningkat 1,1% menjadi 17,8%,” imbuhnya.

Dalam enam bulan mendatang diperkirakan jumlah tabungan akan terus meningkat, namun tidak setinggi periode sebelumnya. Ini sejalan dengan melemahnya espektasi terhadap penghasilan. “Tetap akan ada pertumbuhan jumlah tabungan dalam enam bulan nanti,” tegas Hendy.

Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen pada kuartal III-2016 sebesar 112,5, atau lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 111,6. Ini menunjukkan, konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2016 akan lebih baik. “Pada kuartal III indeks keyakinan konsumen naik,” ungkap Hendy.

Komponen pendorongnya adalah dari sisi penghasilan sekarang, yang mayoritas konsumen menganggap cukup. Sementara ketersediaan lapangan pekerjaan dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama, seperti perlengkapan rumah tangga, furnitur, dan peralatan elektronik dianggap pesimistis. “Mereka masih pada level pesimistis untuk ketersediaan lapangan pekerjaan dan pembelian barang tahan lama, walaupun sebenarnya ada perbaikan dari 94 menjadi 95,” terangnya.

BACA JUGA :  Cemilan Selesai Teraweh, Pisang Goreng Madu yang Simpel dan Praktis

Hendy menjelaskan, dengan posisi indeks tersebut, maka diproyeksikan konsumsi rumah tangga akan meningkat pada kuartal III-2016. Tercatat pada kuartal II-2016, dengan indeks 111,6 maka pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 5,04%. “Dengan indikator ini, maka dapat diasumsikan konsumsi rumah tangga bisa lebih tinggi dari kuartal II,” ujar Hendy.

Survei konsumen BI sudah dimulai sejak lama, mengingat sebenarnya konsumsi rumah tangga memegang porsi sangat besar atas perekonomian Indonesia. Pada tahun lalu porsinya mencapai 55,9%.

Beberapa indikator yang ingin dicapai dari survei adalah terkait arah perkembangan konsumsi rumah tangga, ekspektasi konsumen terhadap perkiraan inflasi ke depan dan kondisi stabilitas sistem keuangan rumah tangga. Pelaksanaan survei, meliputi 4.600 responden dari 18 kota pada 18 provinsi. Pemilihan kota mempertimbangkan peran konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan keterwakilan wilayah.(*)

============================================================
============================================================
============================================================