Oleh: Ryanti Suryawan
Ketua sayap partai Gardu Prabowo Kota Bogor
Munculnya para kandidat yang tentunya ingin berlaga di dalam Pilkada Jakarta 2017 meruÂpakan pertanda baik jalannya seÂbuah Demokrasi di Indonesia.
Sinyal positif ini tentunya haÂrus disikapi dengan apresiasi bila Demokrasi di tanah air kita ini berÂjalan sebagaimana mestinya.
Karena semakin banyak kanÂdidat tentunya membuktikan bila ajang ini butuh dengan sejuta proÂgram dan rencana untuk berbagai perbaikan dan perubahan demi terciptanya Jakarta lebih baik dan lebih bersahabat.
Beberapa nama yang muncul untuk menjalani kompetisi ini terÂdapat beberapa nama yang dilakuÂkan melalui penjaringan di dalam tubuh internal partai itu sendiri. Sebut saja seperti partai Gerindra yang telah melakukan penjarinÂgan calon gubernur DKI Jakarta di Hotel Sari Pan Pasific beberapa waktu lalu.
Dari beberapa nama yang diÂmunculkan tiga diantaranya telah bersedia dicalonkan. Sedangkan dua lainnya menolak. Mereka yang bersedia dicalonkan adalah Sandiaga Uno, Muhamad Sanusi, dan Biem Benjamin.
Sementara itu di dalam Partai Gerindra sendiri masih ada tiga nama yang tidak hadir dalam penÂjaringan tapi mereka tidak mundur.
Artinya mereka akan turut menandatangani persetujuan pencalonan pada saatnya nanti. Diantara nama itu ada Walikota Bandung Ridwan Kamil, Ahmad Muzani Sekjen Gerindra, dan SaeÂfullah Sekda DKI Jakarta.
Dan yang menolak untuk diÂcalonkan adalah Ketua DPD Partai Gerindra M Taufik dan mantan Pangdam Jaya Mayjen (Purn) SjafÂrie Sjamsoeddin.
Sedangkan nama lain sebut saja tokoh terbaru yang tidak kaÂlah ramai diperbincangkan adalah Pakar hukum tata negara Prof Yusril Ihza Mahendra. Mantan menteri Hukum dan Ham tersebut siap berlaga dan menantang inÂcumbent Gubernur Basuki Tjahya Purnama ( Ahok ) maupun calon lainnya.
Bukan itu saja bahkan beÂlakangan muncul nama mantan Menteri Pemuda dan Olahraga AdÂhyaksa Dault. Sementara itu dari PDIP ada nama Wali Kota SurabaÂya Tri Rismaharini yang muncul.
Dan dari Partai Golkar ada muncul nama Tantowi Yahya yang tentunya sudah mendapat restu dari Ketum Golkar Aburizal Bakrie.
Ramainya kandidat dalam ajang Demokrasi di DKI Jakarta dinilai banyak kalangan sangatlah wajar.
Mengingat memang posisi di DKI 1 adalah posisi yang sangat strategis dan prestisius sehingga mampu untuk membuat sebagian orang tertantang untuk mengikuti ajang Pemilukada DKI Jakarta. Terlepas dari tujuan sesungguhÂnya terhadap pribadi masing masÂing kandidat.
Siapapun yang siap berlaga di Pemilukada DKI Jakarta patut kita apresiasi sebagai bentuk dari Demokrasi itu sendiri. Terlepas dari siapa yang nantinya akan memimpin DKI Jakarta sudah seharusnya kita mendukungnya karena tantangan di DKI Jakarta bukanlah tantangan yang mudah di taklukkan.
Karena butuh seorang yang berjiwa kestaria yang mampu membawa satu perubahan lebih baik untuk DKI Jakarta.
Intinya siapapun yang meÂmimpin DKI Jakarta haruslah mamÂpu mengatasi masalah klasik JakarÂta yaitu banjir dan macet. Karena kemacetan dan banjir masih menÂjadi tantangan besar dan mimpi buÂruk bagi warga DKI Jakarta.
Maka dibutuhkan seorang peÂmimpin yang mempunyai track record-nya selama ini. Jakarta tiÂdak membutuhakan pemimpin yang hanya pandai berwacana tapi tidak ada kerja nyata.
Dan semoga ajang Demokrasi di DKI Jakarta ini dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dan berÂsaing secara fair dan bermartabat. Semoga untuk DKI Jakarta. (*)