bahagia-foto2
Oleh: Bahagia. Alumni Fakultas Pertanian UGM dan Sedang Mengikuti Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB
Hingga kini masalah negeri kita makin komplek. Terutama urusan pangan, sayuran, dan buah-buahan. Kedaulatan pangan belum tercapai hingga kini. Negeri ini masih impor beras, jagung, kedelai, dan cangkul dari negeri lain. Inovasi perbenihan belum nampak dapat mewujudkan negeri yang berdaulat pangan. Belum lagi kehilangan berbagai jenis tanaman yang tumbuh secara alami akibat kerusakan hutan.
Hutan secara alami sebagai bank varietas tanaman. Disanalah sumber jenis tanaman yang bisa digunakan dalam perakitan varietas baru. Semua menghambat terwujudnya kedaulatan pangan pada tanah air. Kedaulatan pangan dapat tercapai hanya dengan menggunakan benih unggul yang bermutu. Islam sudah lama sekali mendorong manusia untuk melakukan percobaan dalam urusan dunia. Aktivitas itu melalui kegiatan pertanian.
Percobaannya melalui persilangan tanaman. Persilangan tanaman kurang lebih dapat diartikan untuk menghasilkan tumbuhan yang unggul dari segi produksi dan ketahahan terhadap stress ekologis serta penyakit tanaman.  Maksud produksi tinggi dari segi kuantitas hasil panen. Sedangkan stress ekologis tanaman yang tahan terhadap bencana ekologis seperti kebanjiran, kekeringan dan perubahan iklim. Percobaan ini pernah dilakukan pada jaman nabi.
Seorang sahabat bernama Musa bin Thalhah bin Ubaidullah menceritakan hadis dari ayahnya, dia berkata “Aku pernah melewati kebun kurma bersama Rasulallah Saw. Lalu beliau melihat sekelompok kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma. Beliau bertanya “Apa yang sedang dikerjakan mereka itu?“ mereka menjawab “Mereka membelah mayang/putik kurma jantan itu lalu mengawinkannnya dengan benang sarikurma betina”.
Beliau berkata “Aku tidak pikir kalau hal itu bermanfaat sedikitpun”. Maka kabar tersebut sampai kepada mereka, lalu mereka meninggalkan cara tersebut dan turun dari pohon kurma. Ketika kabar itu sampai pada nabi Saw. , beliau berkata “ sesungguhnya itu hanya dugaanku saja. Apabila cara itu bermanfaat, maka kerjakanlah. Sesungguhnya aku ini manusia seperti kalian.Dan dugaan itu kadang salah dan kadang benar. Akan tetapi apa yang telah aku katakan kepada kalian (adalah firman Allah). Dan aku sama sekali tidak akan mungkin berdusta kepada Allah”. (HR Ibnu Majah).
Hadis diatas memberikan beberapa pelajaran kepada manusia. Pertama, menghindari perdebatan dalam urusan dunia. Secara umum hadis ini menggambarkan bagaimana seseorang mengelola urusan dunia dengan caranya sendiri. Lebih spesifik lagi bagaimana cara dalam mengelola pertanian demi terpenuhinya kebutuhan buah-buahan dan pangan serta sayuran. Asalkan caranya tidak salah dan tidak menimbulkan kerusakan.
Urusan dunia seseorang hanya diketahui oleh seseorang dengan cara-caranya sendiri. Orang lain tidak tau bagaimana caranya. Selagi caranya tidak menimbulkan kerusakan dan mendorong kebaikan maka tidak salah untuk dilakukan. Tentu manusia pada prinsipnya harus kreatif untuk mengurusi urusan dunia dan menghindari perilaku untuk setop dalam melakukan suatu hal yang bermanfaat.
Kedua, percobaan untuk melihat pewarisan sifat. Percobaan ini bisa bermacam-macam caranya. Misalkan, percobaan persilangan padi jenis tertentu dengan jenis padi unggul jenis tertentu. Hasilnya akan diketahui lebih unggul mana tanaman yang disilangkan dengan yang tidak. Tumbuhan yang terbukti unggul tadi dapat disilangkan lagi dengan tanaman unggul lainnya. Kategori unggul disini dapat bercamam-macam.
Unggul dari segi produksi yaitu produksinya tinggi. Sedangkan ada varietas lain yang produksinya rendah tetapi tahan terhadap penyakit. Lakukan percobaan persilangan pada kedua varietas tadi sehingga menghasilkan varietas yang benar unggul. Bagus secara produksi dan tahan penyakit tumbuhan. Hadis diatas mendorong kita untuk menghasilkan varietas unggul ini. Kedua, mendorong inovasi dalam perakitan varietas unggul.
Tanaman pada prinsipnya harus unggul terlebih pada saat sekarang. Keadaan ekologis sudah rusak. Dibutuhkan tumbuhan yang tahan terhadap banjir dan tahan terhadap hama dan penyakit. Perakitan varietas baru haruslah dapat menjawab tantangan stress ekologis demi terpenuhinya kebutuhan pangan. Hingga kini kita masih menemukan dan memperbaiki jenis varietas tertentu karena banyak yang tidak tahan terhadap stress ekologis.
Harusnya nilai hadis tadi menjadi acuan bagi ilmuwan Islam untuk terus menghasilkan varietas unggul baru. Untuk menghasilkan varietas itu maka butuh percobaan yang intensif dan terus melakukan perbaikan terhadap kekurangan suatu varietas. Ketiga, melestarikan jenis tumbuhan. Saat ini kepunahan tumbuhan sangat mengkawatirkan. Terutama kepunahan spesies tumbuhan. Misalkan, propinsi Riau terkenal dengan padi Bawangnya.
Daerah Cianjur Jawa Barat terkenal dengan padi pandan wanginya. Jenis padi Bawang di Propinsi Riau terancam punah lantaran lahan kering saat ini sudah dialih fungsikan secara besar-besaran kepada lahan perkebunan sawit. Petani berubah dari petani lahan kering menanam padi ke petani perkebunan. Berladang ditinggalkan dan beralih berkebun.
Perilaku ini sangat mengkhwatirkan sebab jenis padi itu tidak lagi ditanam. Daerah ini tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan beras lokal dengan varietas padi unggul lokal. Memang kebutuhan masih dapat dipenuhi dari daerah lain tetapi belum tentu sesuai dengan jenis padi yang selama ini mereka konsumsi. Satu sisi yang kita inginkan adalah melakukan konservasi padai jenis padi ini agar masih ditanam pada lahan warga.
Keempat, mewujudkan kemandirian pangan. Selama ini kita belum bisa terpisahkan dengan perilaku impor pangan. Diharapkan dengan terciptanya varietas unggul padi masa depan dapat mendorong negeri ini untuk tidak lagi impor beras. Terakhir, kontrol teknologi. Maksudnya jangan sampai variteas yang dihasilkan justru merusak lingkungan hidup. Varietas tanaman yang dihasilkan rakus unsur hara tanaman.
Rakus air dan rakus pupuk. Kurang pupuk tanamannya tidak berproduksi. Jenis varietas seperti ini jelas merugikan petani. Biaya input pertanian lebih tinggi terutama dalam penyediaan dana untuk membeli pupuk. Sisi yang lain tanah akhirnya rusak karena humus tanah banyak yang terserap oleh tanaman. Makin tahun dosis penggunaan pupuk terus makin tinggi. Makin besar kemungkinan tanah itu tanah mati.
Minim mikroorgnisme dan tanah akhirnya rawan banjir karena hilangnya mikroorganisme tanah. Salah satu penyebabnya karena penggunaan varietas yang rakus unsur hara sehingga menekan untuk penggunaan pupuk lebih banyak. Ditambah lagi pupuk yang digunakan bukan pupuk alami. Jelas ekologis makin rusak berat. Semoga nilai-nilai Islam diatas memberikan pelajaran yang berharga kepada kita. Kedaulatan pangan bisa tercapai melalui perakitan variteas baru.
BACA JUGA :  MUDIK MENDIDIK KITA UNTUK GAS POL SEKALIGUS SABAR DALAM HIDUP INI
============================================================
============================================================
============================================================