JAKARTA TODAY- PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$1,89 miliar sepanjang kuartal I 2017. Angka ini lebih kecil 13,3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,18 miliar.

Riset Mandiri Sekuritas menyatakan, penurunan EBITDA ini disebabkan oleh ketidakmampuan perusahaan untuk menyesuaikan harga minyak ritel pada bisnis hilir. “Perusahaan menyatakan bahwa harga ritel Premium berada 5 persen hingga 10 persen di bawah harga keekonomian akibat harga minyak yang menanjak,” ujar analis Mandiri Sekuritas, Bob Setiadi, dikutip Rabu (17/5).

Meski demikian, Pertamina memprediksi tidak akan terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ritel hingga setelah Juni 2017. Selain itu, penjualan BBM perusahaan juga tercatat naik dari 15,08 juta kiloliter (kl) di tahun lalu ke angka 15,85 juta kl pada kuartal pertama tahun ini.

Kendati harga minyak menekan sisi hilir perusahaan, nyatanya itu mampu mengangkat kinerja hulu Pertamina. Perusahaan mencatat kenaikan penjualan dari US$8,55 miliar di kuartal I tahun lalu ke angka US$10,15 miliar di tahun ini. Hal itu disebabkan karena harga minyak naik dari US$30 barel per hari di kuartal I tahun lalu ke US$51 barel per hari.

Sayangnya, beban produksi hulu perusahaan meningkat menjadi US$15 per barel pada kuartal I dari angka US$14 per barel. Hal itu juga berimbas terhadap turunnya margin EBITDA dari 25,5 persen di tahun lalu ke 18,6 persen di tahun ini.

BACA JUGA :  Menu Sahur dengan Sambal Goreng Tahu dan Krecek yang Pedas dan Gurih Bikin Nagih
============================================================
============================================================
============================================================