Berbicara itu fitrah manusia. Berbicara merupakan salah satu bentuk komunikasi terpenting. Komunikasi dikatakan baik jika pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh halayak atau penerima pesan. Dalam praktiknya, tak semua pesan bisa diterima dengan baik. Sangat tergantung pada siapa yang berbicara, kapan dan bagaimana dia berbicara serta faktor lain yang ada.

Karena itu, para guru kehidupan selalu menganjurkan agar kita tidak asal bicara. Berbicaralah berbobot agar pesan yang disampaikan bernilai. Dalam Al-Qur’an ada istilah qawlan tsaqiilaa (ucapan yang berbobot), qawlan syadiida (ucapan yang tepat sasaran), qawlan kariimaa (ucapan yang menyejukkan memuaskan) dan qawlan layyina (ucapan yang lembut). Tentu istilah tersebut adalah untuk komunikasi atau ucapan yang sukses dan bernilai.

BACA JUGA :  Remaja Karyawan Pelatihan Anjing Asal Lampung, Tewas Gantung Diri di Cisarua

Siapakah yang memiliki ucapan-ucapan bernilai itu? Para alim dan para pengamal sejati agama menyebutkan bahwa ucapan bernilai tersebut hanya dimiliki orang-orang yang ucapannya dikemas dengan tauhid dan keikhlasan, bukan dibungkus nafsu dan emosi. Komunikasi seperti itu hanya dimiliki oleh mereka yang hubungan hatinya dengan Allah begitu kuat sehingga dalam berbicarapun mereka mendahuluinya dengan menyebut nama Allah, perasaan bertanggungjawab kepada Allah dan sebagai bentuk pelaksanaan perintah Allah.

BACA JUGA :  Kementrian PUPR Buka Formasi Seleksi CPNS 2024 Setelah Lebaran! Ini Dia Syarat dan Tanggal Pendaftarannya

Dalam duniakehidupan nyata, ada orang yang omongannya banyak, tapi tak berbekas dan bahkan justru menjadi penyulut permusuhan. Ada orang yang tak banyak bicara, tapi sekali bicara menjadi pegangan orang yang mendengarnya. Apa yang membedakan mereka? Ternyata yang membedakan adalah hati orang yang berbicara itu. Tingkatkan tauhid dan keikhlasan. Tatalah hati sebelum bicara, periksalah niat sebelum lontarkan kata dan bertanggung jawablah atas kata yang telah terucap. Jika tidak, petaka akan tiba sebagai akibatnya. Keselamatan manusia itu terletak pada lisannya, pada omongannya. (*)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================