JAKARTA TODAY- Presiden Joko Widodo dinilai gagal dalam membangun soliditas kabinet selama tiga tahun menjabat sebagai presiden meski pemeritahan yang dipimpinnya sudah berusia tiga tahun.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai, Jokowi tidak memiliki bakat sebagai sosok solidarity maker. “Kalau saya mengevaluasi pemerintahan ini yang belum mantap itu solidaritas. Dugaan saya Pak Jokowi gagal sebagai solidarity maker,” ujar Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (18/10).

Fahri menuturkan, soliditas kabinet Jokowi-Jusuf Kalla seolah memudar setiap tahunnya. Hal itu ditandai dengan banyaknya perbedaan pandangan para pembantunya dalam menyikapi satu persoalan.

Politikus PKS itu mengatakan, buruknya soliditas itu membuat banyak kebijakan tidak berjalan optimal dan menyebabkan kondisi perekonomian goyah. Buruknya aspek itu juga pada akhirnya membuat sebagian janji kampenye Jokowi tidak terealisasi.

Fahri mengatakan, hasil survei memperlihatkan, saat ini masih terjadi kesenjangan dan penurunan daya beli masyarakat yang diduga akibat permasalahan tidak kompaknya para pembantu Jokowi. Ia khawatir, akan ada masalah lain jika Jokowi tidak mengatasi soliditas tersebut. “Ini hati-hati, ekonomi sangat berbahaya. Dia bisa men-trigger sektor-sektor lain,” ujarnya.

BACA JUGA :  REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL: REPRESI SISTEM PENDIDKAN DALAM BENTUK KOMERSIALISASI

Selain karena bukan sosok solidarity maker, Fahri menilai, Jokowi seolah bekerja sendiri selama menjadi Presiden. Ia melihat, para menteri tidak memiliki kemauan untuk bersatu dalam menyukseskan keinginan Jokowi. “Tidak ada yang membantu Jokowi nge-grip kabinet. Harusnya ini diperkuat,” ujar Fahri.

Di sisi lain, Fahri menyindir, sektor pembangunan infrastruktur yang selalu dijadikan bahan untuk menilai Jokowi. Menurutnya, pembangunan infrastrukur merupakan sebuah program berkelanjutan yang sudah digagas oleh presiden-presiden sebelumnya.

Bahkan, Fahri menyebut, pembangunan infrastruktur yang digiatkan Jokowi merupakan beban bagi rakyat. Ia melihat, Jokowi mengorbankan subsidi dan menaikan harga sejumlah komoditi untuk kepentingan proyek infrastruktur. “Banyak bangun infrastruktur maka banyak subsidi dicabut dan harga-harga dinaikkan. Itu sama saja mengatakan janjinya tinggi, tapi tidak bisa dilaksanakan,” ujarnya.

Fahri berharap Jokowi bisa segera memperbaiki soliditas kabinet di sisa masa jabatannya sebelum menerima kekecewaan ditinggal anak buahnya yang berkonsentrasi berlaga di pemilu tahun 2019.

“Orang-orang dalam kabinet itu mungkin sudah punya pikirin tentang 2019 yang berbeda-beda. Nah itu bisa berbahaya tambah kacau kabinetnya. Waspada aja Pak Jokowi,” ujarnya.

BACA JUGA :  Kebakaran di Sumedep Hanguskan Gudang Pabrik Mebel

Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono menilai masih ada kekurangan dan kelebihan pada tiga tahun kepemimpinan Jokowi. “Kekurangan banyak, misal angka kemiskinan belum turun drastis, turun tapi masih lambat,” kata Agung di Kartika Chandra, Jakarta Selatan.

Terlepas dari kekurangan itu, kata Agung, selama pemerintahan Jokowi, juga banyak kemajuan.

Agung mencontohkan keberhasilan Jokowi. Misalnya, pembangunan infrastruktur di sejumlah daerah yang digenjot Jokowi. Kemudian momentum pertumbuhan ekonomi pada kisaran rasional yang berjalan dengan baik.

Menurut Agung postur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) cukup membangun kepeecayaan bagi investor. “Bahwa hasil belum sepenuhnya saya harapkan, itu bagian dari perjuangan, tapi sudah on the right track,” kata Agung. “Kemudian proyek infrastruktur masih belum jadi, kan perlu kesabaran.”

Lebih lanjut, Agung menilai Jakarta yang terus dibangun tidak lepas dari iklim kondusif yang diciptakan pemerintahan Jokowi.(Yuska Apitya)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================