Oleh : EGa (Kontributor Bogor Today di Pandeglang)

Enam bulan berada di Desa ini, baru kemarin tepatnya Rabu 24 Juli 2019 saya berjumpa dengan seorang Ibu yang luar biasa tangguhnya. Darsiah, nenek berusia 80 tahun itulah panggilan sehari-harinya.

Ibu Darsiah ini adalah salah satu warga di Kampung Cimuncang, RT 14/5, Desa Sudimanik, Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Waktu itu, saya mencoba iseng sambil menghabiskan waktu menelusuri kampung tersebut sampai kehutan. Saya terheran – heran ternyata masih ada penduduk ditengah hutan meski hanya ada 3 rumah, salah satunya yakni milik ibu Darsiah.

Temen-teman pernah membayangkan tidak meninggalkan hingar bingarnya kota dan merasakan tinggal di berukuran 3×3 meter dan itupun udah sekaligus dapur. Tempat tidur dan dapur hanya terpaut sekat amben (bale – bali yang terbuat dari bambu, red). Asap dari tungku menyebar di ruangan sebesar kamar mandi bagi rumah orang kaya. Pernah terbayangkan? Mungkin tidak pernah.

BACA JUGA :  Pj. Bupati Bogor Tinjau Langsung Lokasi Longsor dan Serahkan Bantuan Kepada Korban Terdampak Bencana
Darsiah, sedang menunjukan isi rumahnya yang begitu jauh dari kata mewah. pakaian yang dikenakan dan perabotan yang terpampang di dinding rumah reotnya, bukti nyata bahwa negeri ini belum merdeka bagian masyarakat seperti Darsiah.

Tapi inilah kondisi rumah Ibu Darsiah WNI yang hidup di negeri surge (kata orang). Beliau seorang janda yang ditinggal meninggal oleh suaminya sekitar 40 tahun yang lalu. Rumah reot berukuran mini itupun hanya terbuat dari bilik kayu dan atapnyapun tidak menggunakan genteng, serta belum ada listrik. Setiap malam beliau menggunakan lampu yang terbuat dari kaleng susu. Mati Listrik ataupun tidak, tidak ada bedanya bagi Darsiah.

BACA JUGA :  Kebakaran Hanguskan Bangunan SD Negeri di Madina saat Jelang Sahur

“Baheulamah teu didieu imahna, rada belah ditu (Dulu rumahnya tidak disini, agak sebelah sana). Ieumah dipindahkeun ku warga, ja karunya ceunah hirup sorangan, ieu Imah digotong (Rumah ini dipindahkan oleh warga, karena saya hidup sendiri, ini rumah digotong sama waraga),” tutur Darsiah menggunakan bahasa sunda. Bahkan, tanah yang ditempatinya pun bukan miliknya, dia hanya pinjam pakai.

Perbincangan ini nyaris membuatku ingin menangis meraung-raung, kenapa Ibu seperti Ibu Darsiah ini dibiarkan saja, hidupnya perih, tinggal dirumah kecil, seukuran kamarku, tanpa listrik, tidak ada bedanya malam hari ketika mati listrik dan tidak.

============================================================
============================================================
============================================================