Oleh : Heru B Setyawan (Pemerhati Pendidikan & Politik) Hari Lahir Pancasila yang diperingati tiap 1 Juni saat ini menjadi hari libur nasional. Momentum bersejarah itu identik dengan gagasan Soekarno yang diungkapkan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945. Lalu bagaimana setelah 75 tahun bangsa Indonesia merdeka? Menurut penulis pengamalan sila-sila Pancasila adalah memprihatinkan. Mengapa memprihatinkan inilah faktanya. Pengamalan sila ke 1, Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara umum dan normatif, kehidupan beragama di Indonesia adalah baik adanya, bahkan sekarang sedang tren adanya anak muda, para selebritis dan orang tua kalangan ekonomi atas yang hijrah menjadi hamba yang soleh dan solehah. Tapi di sisi lain, makin jauhnya masyrakat Indonesia dari agamanya. Agama hanya untuk urusan ibadah saja atau STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan). Maka banyaknya tempat-tempat maksiat, seperti lokalisasi WTS, discotic, club malam, karaoke, perjudian, panti pijat plus, maraknya narkoba dan miras, semakin bebasnya pergaulan anak muda, pacaran dianggap biasa. Paham sekuler juga merajalela, sampai-sampai Presiden bilang, jika bicara politik gak boleh bawa-bawa agama, weleh-weleh nitizen langsung menyerang Jokowi, akhirnya Jokowi minta maaf dan meralat omongannya. Ada juga Ahok, pernah bilang ayat konstitusi itu lebih tinggi dari pada ayat Kitab Suci, ada juga Kepala BPIP Yudian Wahyudi yang mengatakan musuh terbesar Pancasila adalah agama. Setelah di protes dengan pernyataannya tersebut, Yudian bilang yang di maksud musuh terbesar Pancasila adalah agama, adalah agama yang radikal. Ini jawaban yang salah juga, Bahkan Yudian juga usul salam assalamualaikum diganti dengan salam Pancasila, ini lebih parah lagi. Yudian terlihat jika berpaham sekuler dari bicaranya yaitu,” Kita butuh sekularitas bukan sekularisme. Artinya soal bagaimana aturan mainnya kita sendiri yang harus menentukannya,” kata Yudian. Jadi menurut Yudian semua aturan kita sendiri yang menentukan, bertentangan dengan agama, tidak masalah, astaghfirullah. Banyaknya Ulama yang dikriminalisasi dan diperkusi yaitu Habib Rizieq Shihab, Habib Bahar bin Smith, UAS, Ustadz Felix Siauw, Ustadz Tengku Zulkarnain, Babeh Haikal. Para Ulama ini dianggap sering mengkritik pemerintah, padahal yang disampaikan adalah amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kepada yang baik, mencegah kejahatan). Solusi dan contoh yang baik adalah yang dilakukan oleh Bupati Bogor Ade Yasin yang mengatakan, saya dengan Habib Mahdi bin Hamzah Assegaf sangat akrab, dan beliau sebagai Ulama saya anggap sebagai rem, jika saya merasa melakukan kesalahan.
BACA JUGA :  Kalap Makan Daging saat Lebaran, Coba 5 Makanan Ini yang Bisa Menurunkan Darah Tinggi
============================================================
============================================================
============================================================