BOGOR-TODAY.COM, BOGOR Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya lainnya menjadi bom waktu di negeri ini, termasuk Bogor. Betapa tidak, peredaran barang haram ini sudah sampai di tempat-tempat yang justru dianggap dianggap aman dari hal-hal negatif semacam itu, seperti sekolah, kampus bahkan menyasar perkampungan.

Menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR Nina Widyawati, bahwa masyarakat Indonesia rentan terhadap penyalahgunaan narkoba. Oleh karenanya dapat mempengaruhi semua umur dan berbagai profesi.

Nina memaparkan, benteng nomor satu untuk mencegah penggunaan narkoba yakni keluarga, kemudian sekolah dan masyarakat.

“Namun tindakan tegas di sekolah sering dianggap melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) sehingga peran guru untuk menegakan moral dan disiplin menjadi tumpul,”kata Nina saat menyampaikan materi tentang workshop penguat kapasitas kepada insan media untuk mendukung Kota tanggap ancaman narkoba di Bogor Valley Hotel, Kamis (16/9/2021).

BACA JUGA :  Gelar Syiar Ramadhan, Organisasi Keluarga Mahasiswa Universitas Binaniaga Santuni Anak Yatim Piatu

Dengan demikian, kata dia perlunya insan media mengambil peran dalam melakukan literasi terhadap bahaya narkoba. Sehingga masyarakat dapat mengetahui dan menghindari penggunaan narkoba lokal maupun global.

Di Kalimantan Selatan, Nina menceritakan terdapat obat namanya zenith carnophen, obat ini diproduksi secara rumahan. Awalnya, obat itu sebagai obat tulang atau reumatik yang dijual di pasaran tanpa resep dokter, biasanya obat tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan rendah seperti petani, nelayan dan pekerja lainnya.

BACA JUGA :  Cegah Gula Darah Naik dengan Ubah Gaya Hiduo Sehat, Simak Ini

“Karena dikonsumsi secara berlebihan melebihi dosis yang dianjurkan akhirnya obat ini bisa menimbulkan efek memabukkan,” terangnya.

Dengan demikian, Nina menegaskan perlu ditanamkan bahwa narkoba bukan produk untuk rekreasi. Kebutuhan rekreasional, kata dia dapat dialihkan pada hobi yang konstruktif.

“Masalah itu dapat disikapi dengan realistis dan rileks, contoh jargon Didi Kempot yang didaulat duta anti narkoba “Patah Hati Dijogeti”. Jadi pelarian diri dari masalah ekonomi perlu eksposure meningkatkan optimisme,” tutupnya. (B. Supriyadi)

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================