Saat Tan Ek Tjoan meninggal dunia pada 1950-an, istrinya meneruskan roda usaha bahkan makin maju. Phoa melebarkan sayap bisnisnya ke Jakarta. Cikini, kawasan elite yang dihuni banyak orang Belanda, jadi pilihan.

Phoa Lin meninggal dunia pada 1958. Tan Bok Nio dan seorang anak laki-laki bernama Kim Tamara alias Tan Kim Thay, kedua anaknya dari pernikahan dengan Tan Ek Tjoan, mewarisi bisnis keluarga. Tan Kim Thay memegang cabang Jakarta, Tan Bok Nio memegang Bogor.

Seperti sang ayah, Tan Kim Thay tak punya kemampuan membuat roti, tapi dia seorang pebisnis ulung. Ditambah lagi dia sempat menuntut ilmu ekonomi di Belanda. Di tangan Tan Kim Thay, bisnis keluarga semakin maju. Semula luas toko kira-kira hanya seperempat dari luas saat ini. Belum ada pabrik seperti sekarang. Benar-benar rumahan. Berkat keuletan Kim, lama-kelamaan bisnis makin maju hingga dapat membeli tanah di sekitarnya dan toko makin luas. Yang di Bogor pindah ke daerah Siliwangi. Karena semenjak ada tol Gadog, Surya Kencana agak sepi.

BACA JUGA :  Halalbihalal ASN Kota Bogor, Bima Arya Titip Tetap Berjuang Untuk Kebaikan

Saat itu Kim mulai menggunakan jasa pedagang gerobak sebagai ujung tombak pemasaran. Para pedagang itulah yang menjual roti kepada orang-orang Belanda yang berada di sekitar Cikini, dan kemudian meluas ke daerah-daerah lain, seperti Ciputat, Tangerang, Cinere, dan Bekasi.

Terobosan bisnis

Kim bukan sekadar membawa terobosan pada sisi manajemen bisnis, tapi juga pada varian roti. Bila awalnya hanya memproduksi roti gambang yang bertekstur keras, Kim membuat varian yang bernama roti bimbam dengan tekstur lembut. Bimbam kini jadi roti favorit Tan Ek Tjoan.

Menurut Kennedy Sutandi, direktur operasional Tan Ek Tjoan, munculnya roti bimbam merupakan penerapan konsep filosofi Yin-Yang. Gambang yang keras dan bimbam yang lembut mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia dan bagaimana mereka saling membangun satu sama lain.“Selain itu, istri Pak Kim itu orang Belanda. Orang bule kan gak suka roti keras. Jadi bimbam itu perpaduan unsur dari pengaruh Indonesia, Tionghoa, dan Eropa,” ujar Kennedy.

BACA JUGA :  Timnas Indonesia Akui Keunggulan Qatar di Piala Asia U-23 2024

Karena menikah dengan gadis Belanda bernama Elisabeth Tamara Arts, Kim lebih kerap tinggal di Indonesia. Dari perkawinan ini, Kim memperoleh dua anak: Robert dan Alexandra Salinah Tamara. Tumbuh dan berkembang di Negeri Belanda, anak-anak Kim tak begitu menyatu dengan bisnis roti keluarga. Saat Kim wafat pada 2007, Robert dan Alexandra tak tertarik menanganinya.

Alexandra sempat mencobanya namun tak bertahan lama. Pada 2010, dia meminta teman sepermainan masa kecilnya, Josey R. Darwin dan Kennedy Sutandi, untuk mengurus perusahaan. (net)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================